Powered By Blogger

Jumat, 28 Agustus 2009

OPPEK Ciptakan Mahasiswa Cerdas dan Kompetitif

Ada yang berbeda pada OPPEK tahun 2009 yang diselenggarakan di hotel Tanjung Plaza, Tretes, Malang. Ini kali OPPEK (Orientasi Pengembangan Pendamping Kemahasiswaan) diperuntukkan secara khusus kepada seluruh Ketua Jurusan (Kajur) dan Ketua Program Studi (Kaprodi) di Unesa. Setelah beberapa waktu lalu secara khusus pembekalan yang sama juga diberikan untuk dosen-dosen pendamping khusus mahasiswa dan mahasiswa. Melalui pembekalan ini diharapkan Kajur dan Kaprodi juga dapat melakukan monitoring secara langsung terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dan organisasi-organisasi yang berada dalam naungan di bawahnya, seperti BEM dan DLM.

Kegiatan dibuka oleh Pembantu Rektor I, Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Sc. didampingi Pembantu Rektor III, Prof. Dr. I Nyoman, M.S. mewakili Rektor Unesa. Acara berlangsung selama tiga hari mulai Kamis-Sabtu (14-17/5). Penataran ini merupakan program yang digagas oleh pihak universitas yang diadakan dalam rangka menyamakan persepsi tentang pola-pola pengembangan dan pendampingan kemahasiswaan di perguruan tinggi, khususnya di Unesa. Pembekalan dilakukan dengan tujuan OPPEK untuk mengetahui kondisi kemahasiswaan di Indonesia, pola pengembangan kemahasiswaan secara nasional, memahami dinamika kehidupan mahasiswa, memahami sejumlah gaya kerja, mampu menerapkan gaya kerja dalam bernegosiasi. Dari seluruh Kajur dan Kaprodi yang mengikuti pembekalan ini, nampak pula Pembantu Dekan III masing-masing fakultas yang turut serta menghadiri pembekalan.

OPPEK merupakan serangkaian kegiatan terstruktur yang diselenggarakan untuk memebantu para pendamping mencapai kesepakatan tentang cara-cara yang sebaiknya diterapkan dalam menangani masalah-masalah kemahasiswaan di perguruan tinggi masing-masing. Landasan dasar pelaksanaan OPPEK ini adalah Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuannya antara lain adalah untuk mengetahui kondisi dunia kemahasiswaaan, pola pengembangan kemahasiswaan, dinamika kehidupan, sejumlah gaya kerja dan negosiasi di Indonesia. Metode yang digunakan dengan menggunakan metode “analisis-pengalaman” yaitu suatu metode yang mengharuskan para peserta ikut aktif berpartisipasi dalam melakukan berbagai kegiatan eksperimental kemudian melakukan analisis untuk menyimpulkan hasil-hasil kegiatan itu. Peserta juga diharapkan dapat mendiskusikan kemungkinan penerapan analisis dan simpulan mereka dalam menjalankan tujuan mereka sebagai pendamping mahasiswa.

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan selama orientasi, para peserta akan didampingi oleh sejumlah pemandu. Para pemandu bukanlah pengajar dan tugas mereka hanyalah menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan, menyiapkan bahan yang dibutuhkan, serta menjadi mediator dalam diskusi-diskusi yang diadakan untuk menyimpulkan hasil eksperimen.

Adapun hasil dari OPPEK antara lain merumuskan visi mahasiswa Indonesia cerdas dan kompetitif dan misi untuk mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa, menumbuhkembangkan kreativitas dan semangat kewirausahaan untuk meningkatkan daya saing bangsa, meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan, dan moral mahasiswa, serta menanamkan rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia.

Kesuksesan mahasiswa untuk hidup tidak hanya dilihat dari faktor kemampuan kognitif semata, tapi juga faktor kemampuan soft skill turut menentukan. Faktor kognitif hanya menyumbangkan 20% kesuksesan mahasiswa, sedangkan faktor soft skill menyumbangkan 80% karena soft skill merupakan keahlian seorang mahasiswa bagaimana bisa hidup sukses di dunia kerja dan di tengah-tengah masyarakat.

Di tingkat perguruan tinggi kemampuan soft skill sudah dimasukkan melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti pelatihan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM). Lebih lanjut, PR III Unesa menambahkan bahwa tidak hanya soft kill yang dibutuhkan para mahasiswa untuk berperan aktif dan berkreasi tetapi juga membutuhkan lebih banyak membaca dan berkomunikasi untuk bisa menghasilkan karya-karya terbaik dan berkualitas.

Wahyu Nurul Hidayati