Powered By Blogger

Senin, 21 Desember 2009

Tari Ngojhur Antarkan Unesa Raih 4 Piala di UB

Malang (21/12) menjadi hari yang membanggakan bagi UNESA, betapa tidak? Kembali Jurusan Sendratasik unjuk kebolehannya diajang festival tarian dalam Dies Natalis yang ke-47 Universitas Brawijaya Malang (unibraw). Acara itu juga diikuti 4 PTN lainnya di Jawa Timur, diantaraya UNAIR, UM, Universitas Trunojoyo, dan UNEJ. Tari Ngojhur yang dibawakan oleh 3 mahasiswa dan 3 mahasiswi Unesa dalam satu team ini, berhasil meraih 4 piala sekaligus dalam 4 kategori yaitu : Koreografer terbaik, penyaji terbaik, penulisan naskah (konsep) terbaik, penata musik iringan terbaik. Tari Ngojhur merupakan tarian baru yang berasal dari Madura, dimana Tari Ngojhur ini mengkisahkan tentang etnik atau budaya madura yaitu kegiatan masyarakat madura yang membantu nelayan menangkap ikan dilaut dengan imbalan ikan, bukan uang untuk kebutuhan hidup atau sebagai kulinya. Dan kegiatan itu ditekankan dan divisualisasikan dengan gerak tarian tradisi kontemporer yang membutuhkan teknik gerak yang cukup sulit dan unik.

Tarian Ngojhur merupakan tarian garapan atau tarian yang dipersiapkan khusus untuk mengikuti festival di Unibraw. Tari itu diusung oleh M.Hariyanto salah satu mahasiswa Jurusan Sendratasik yang berasal dari pulau Madura dan merupakan Duta Penari Jawa Timur 2008. Disetiap penyelenggaraan festival, Jurusan Sendratasik selalu mempersembahkan tarian baru / tarian garapan yang memang belum ditampilkan dimanapun ” ucap Ketua Jurusan Sendratasik, Djoko Tutuko. Minat para penari dan dosen berperan penting dalam mencapai hasil yang maksimal, semua penari yang juga dibantu oleh beberapa dosen benar-benar berlatih tanpa mengenal waktu dari siang hingga malam, Hanya dalam waktu kurang lebih 3 minggu mereka menjalani latihan-latihan tari itu, dan waktu itu sangat terbatas mengingat tari Ngojhur membutuhkan teknik gerak yang cukup rumit, sulit dan juga unik. Semua itu bisa teratasi dengan semangat teman-teman yang benar-benar ingin menampilkan penampilan yang terbaik untuk UNESA dalam festival itu, ucap salah satu penari.
Ayu

Sabtu, 19 Desember 2009

Sendratasik dalam Campursari Tambane Ati



Untuk meningkatkan citra institusi baik di dalam maupun luar negeri, pada tahun 2009 Unesa melakukan berbagai kegiatan baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Kali ini bertaraf nasional, Unesa berusaha memperlihatkan potensi yang dimiliki para mahasiswanya melalui potensi seni. Malam itu (19/12) di TVRI Jatim, mahasiswa Jurusan Sendratasik FBS Unesa, unjuk kebolehan dalam acara “Campursari Tambane Ati” yang tayang setiap Sabtu malam. Dalam acara ini perpaduan seni musik dan seni tari menciptakan decak kagum serta sorak gembira para audience yang hadir pada malam itu.

Saat ditanya terkait dengan tema Lustrum, rektor Unesa menjawab bahwa komitmen Unesa menuju world class university dengan memperkuat perannya dalam pendidikan yang membentuk kualitas dan karakter bangsa”. Tema ini sesuai dengan realitas di lapangan bahwa kerjasama multidimensi antarinstansi merupakan syarat mutlak (conditio sine qua non). Keberhasilan dalam menghadapi kompetisi antarlini sebagai akibat proses globalisasi. Informasi dan telekomunikasi adalah hal penting dalam globalisasi. Kepesatan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi telah mengantarkan setiap institusi, tidak terkecuali Unesa, memasuki era global yang ditandai dengan tingginya tingkat kompetisi, berbagai kondisi eksternal yang berpengaruh pada tingkat eksistensi Unesa yang tidak mungkin dihindari.


Acara yang dipandu oleh cak pendik ding tak tong ini juga menampilkan performance istimewa dari PR 2 yang lagi-lagi mendendangkan lagu Madu Tiga karya Ahmad Dhani.

Putri Diyanti

Sabtu, 05 Desember 2009

Ciptakan Pembelajaran Inovatif yang Berbasis IT


Suasana gedung pertunjukan sawunggaling Unesa tampak berbeda dari biasanya. Banyak pengunjung yang ramai menghadiri gedung pertunjukkan tersebut. Mereka datang bukan untuk melihat pertunjukan seni seperti pada biasanya, tetapi mereka datang untuk mengikuti seminar nasional yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan PGSD.


Seminar ini mengangkat tema “Mendesain Pembelajaran Inovatif Berbasis IT”. Dengan tema tersebut mereka sengaja menghadirkan pembicara dari luar khususnya dari ITS yang mereka yakni lebih mumpuni tentang permasalahan IT,yaitu Supeno Mardi Susiki,ST,MT seorang pakar IT. Agar esensi kependidikan tidak hilang mereka juga menghadirkan pembicara dari Unesa yaitu seorang guru besar, Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M.Pd yang memberikan materi tentang pembelajaran yang inovatif.


Acara seminar dibuka oleh Ketua Jurusan Suryanti, M.Pd dengan pemukulan gong dan memberikan beberapa kata sambutan. Inti dari sambutannya adalah bahwa sangat perlu pemanfaatan IT dalam pembelajaran karena menyesuaikan dengan keadaan jaman saat ini. Setelah itu sesuai dengan bidang ahlinya sebagai jurusan yang nantinya akan mencetak guru SD maka sesi pertama sebagai pengantar seminar dibuka oleh Guru Besar Unesa yang memberikan materi tentang “bagaimana belajar inovatif ?”


Beliau berpesan bahwa teknik drill sudah sangat tidak efektif lagi dan hanya akan membuat anak paham tentang materi namun hanya untuk sementara. Pada dasarnya banyak sekali hasil belajar yang harus dicapai oleh anak didik khususnya di tingkat SD dan untuk mencapai tersebut tidaklah mudah dan tidak ada satu pun cara yang ampuh yang dapat digunakan untuk mencapai hal tersebut. Salah satu penyebab pembelajaran yang tidak inovatif bisa karena tidak tahu atau tidak mau. Seorang pendidik harus selalu mengembangkan cara – cara atau teknik pembelajaran yang baru dan yang sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak didik.


Ada banyak cara yang dapat dilakukan asalkan dengan cara yang benar. Sebagai seorang pendidik harus selalu memahami karaktristik anak didik dan harus selalu ingat bahwa setiap individu memiliki 2-5 macam kecerdasan. Jadi dalam merancang sebuah pembelajaran yang inovatif perlu memahami konsep multiple intelligences. Salah satu contohnya pembelajaran yang inovatif adalah dengan pembelajaran yang lebih intrakif jadi bukan pembelajaran dengan sistem ceramah lagi yang diterapkan disekolah. Karena sistem ceramah sudah tidak lagi optimal untuk dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Guru bukan lagi menjadi sentral namun siswalah yang menjadi sentral. Guru harus memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan mengembangkan pemahaman konsep dari suatu materi. Setiap siswa memiliki cara dan kecepatan yang berbeda – beda dalam memahami suatu materi yang disampaikan di kelas. Sehingga guru harus lebih telaten dalam membimbing siswanya. Adapun faktor lain yang juga sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di kelas, misalnya saja tentang gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa sangat berbeda – beda, ada yang lebih senang jika belajar dengan bantuan gambar – gambar ada juga yang lebih senang dengan bantuan suara dan sebagainya.


Lalu demi menyempurnakan perancangan pembelajaran yang inovatif perlu dikaitkan dengan IT karena tuntutan dijaman globalisasi saat ini pemahaman IT sangat dibutuhkan. Maka materi selanjutnya adalah bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan IT untuk kepentingan pendidikan atau sebagai media pembelajaran, materi tersebut disampaikan oleh pakar IT dari ITS, Supeno. Materi ini berisi tentang bagaimana cara merancang sebuah permainan atau game dengan bantuan IT yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak SD. Karena menurut dosen yang mengajar di FT ITS ini game adalah sesuatu yang sangat digemari oleh anak – anak usia sekolah SD. Karena diteliti dapat memaksimalkan proses pembalajaran siswa.
Acara ini berlangsung sangat seru karena tidak hanya diisi dengan ulasan dari pemateri namun diisi dengan berbagai hiburan dari mahasiswa PGSD sendiri. Hiburannya seperti tari – tarian tradisional lalu ada juga permainan musik ansamble dari SD lab Unesa. Karena permainan musik yang sangat mengagumkan dari anak-anak SD Lab Unesa dapat membuat suasana seminar kembali semangat dan menghilangkan sedikit kelelahan.


Semnas PGSD yang berlangsung selama kurang lebih lima jam tsb ditutup dengan prosesi pemukulan gong oleh Sekjur PGSD Drs Supriyono sebagi tanda bahwa telah diakhirinya acara ini. Harapan dari seminar ini dapat memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam dunia pendidikan saat ini. Agar banyak hal – hal baru yang revolusioner untuk dunia pendidikan Indonesia.


Ananda Kiky

Minggu, 15 November 2009

Bimbingan dan Konseling Dalam Membangun Karakteristik Bangsa


Suatu kebanggan bagi Unesa karena tahun ini Jatim berkesempatan menjadi tuan rumah dalam kongres Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) ke XI dan Konvensi Nasional XVI. Bekerjasama dengan Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Adi Buana Surabaya, Kongres ABKIN yang diagendakan setiap empat tahunan serta Konvensi Nasional dwi tahunan ini,diselenggarakan di Hotel Satelit Surabaya (15-17/11).Tema yang diangkat “Revitalisasi Bimbingan dan Konseling Untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional”.

Dalam kongresnya tersebut, tidak hanya menyusun kepengurusan ABKIN dan rancangan program kerja periode 2009-2013, melainkan juga membicarakan berbagai upaya yang telah dilakukan ABKIN terhadap pengembangan profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Upaya tersebut antara lain rintisan Pendidikan Profesi Konselor (PPK), pengembangan standar kompetensi konselor, penataan pendidikan professional konselor dan penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal, dan turut membidani lahirnya Permendiknas No.27/2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKA-KK) serta berbagai kegatan lain untuk mengokohkan eksistensi dan pengakuan publik dan pemerintah atas profesi Bimbingan dan Konseling.

Dalam sambutannya, pada pembukaan konvensi (15/11), mantan ketua ABKIN periode 2005-2009, Prof. Dr .Sunaryo Kartadinata, M.Pd, menyampaikan tentang spektrum ketenagaan yang masih menjadi persoalan dan berada pada kondisi diversifikasi yang kurang relevan perlu pekajian terhadap kompetensi, pendidikan, pelatihan, sertifikasi dan lisensi yang seharusnya dimiliki oleh konselor professional. Penyelenggaraan dan diakreditasi, seiring dengan penyiapan dan peningkatan mutu tenaga guru Bimbingan dan Konseling atau konselor, serta beberapa instansi yang terkait dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling seperti pendidikan formal, nonformal, informal dan kebutuhan khusus perlu ditelaah dari perspektif pendidikan, spir itual-keagamaan, sosio-kultural dan kesehatan.

Ketua ABKIN yang baru terpilih untuk periode 2009-2013. Prof. Dr. Mungin. Menyampaikan harapannya, “Dengan diadakannya acara ini semoga dapat menambah wawasan, memperbaiki sikap serta nilai-nilai untuk mengangkat martabat Bimbingan dan Konseling ”, serta di kumandangkan motto BK yang baru yaitu ‘Mantap, Sigap, Siap’. Komitmen Jatim terhadap Pendidikan pun disampaikan oleh Sekdaprop Jatim, H. Rasiyo. M.Si, bahwa dengan diadakannya konvensi ABKIN, para konselor utamanya konselor sekolah dapat membimbing anak yang tidak hanya cerdas secara intelegensi saja melainkan juga memiliki EQ dan SQ agar memiliki impact yang positif terhadap masyarakat. Mencakup intelegensi, perilaku serta budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada peserta didik. Dia juga berharap konselor dapat bekerja sesuai dengan regulasi yang benar sehingga siswa yang memiliki masalah dapat langsung datang sendiri pada konselornya tanpa diminta datang ke ruang BK. Dan menghilangkan citra bahwa konselor adalah polisi sekolah. Serta konselor dapat menjadikan siswanya sebagai manusia yang utuh, yang sehat baik dari segi intelegensi, moral, kinestetik serta budi pekertinya.

Seminar berskala internasional ini pun dihadiri oleh beberapa pakar di bidang konseling, baik dari dalam maupun luar negeri. Senin (16/11), seminar dibuka dengan pembicara Courtland C. Lee, Ph.D. seorang Profesor yang mengajar Counselor Education Program di University of Maryland at College Park , dia membicarakan tentang multicultural counseling, yang biasa dikenal konseling lintas budaya. Menurut President International Association for Counselling ini, ada 12 hal penting untuk melakukan konseling Lintas Budaya, Salah satunya konseling lintas budaya digunakan untuk membantu memperbaiki perilaku dan budaya. Konseling yang dijalankan oleh konselor dan konseli yang memiliki latar kebudayaan berbeda ini penting untuk dipelajari. Supaya kita menambah pengetahuan tentang perbedaan budaya dan mengasah keterampilan berkomunikasi dengan orang lain termasuk dengan orang yang memiliki budaya yang berbeda.

Setelah break makan siang, seminar pun dilanjutkan dengan dua pembicara yang juga pakar dibidang konseling, Prof. Dr. See Ching Mey dari Universiti Sains Malaysia dan Prof. Dr. Moh. Surya seorang guru besar dari UPI Bandung. Keduanya berbicara mengenai inovasi Bimbingan dan Konseling (BK).
Prof. Dr. See Ching Mey awalnya mengingatkan kembali kepada peserta seminar tentang beberapa tipe konseling yang telah ada, diantaranya Counseling includes crisis intervention (individual counseling, peer counseling, group counseling), marriage and family counseling, relationship counseling, career counseling, rehabilitation counseling, mental health counseling, sexual trauma counseling, AIDS counseling, abortion counseling, counseling psychology, cross-cultural counseling, disaster counseling, philosophical counseling, grief and bereavement counseling, substance abuse counseling and transgender counseling. Dari beberapa konseling di atas, tentu saja diaplikasikan dengan beberapa model konseling dari beberapa teori-teori konseling dari para tokoh konseling. Wanita dari Negeri Jiran ini mengatakan bahwa saat ini konseling berkembang dengan beberapa inovasi baru dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk terapi dalam konseling, inovasi tersebut diantaranya bio-chemical; spiritual counseling; animal assisted therapies; expressive therapies; art, play and music therapies; culturally based healing arts; hypnosis; neurofeedback; and technology-based applications in counseling.

Sedangkan Moh Surya, sapaan akrab guru besar UPI Bandung ini, berbicara tentang inovasi BK dari sudut pandang menjawab tantangan global. Moh Surya menjelaskan bahwa semua tantangan baik yang berasal dari perubahan global, nasional, maupun lokal pada gilirannya menuntut adanya inovasi bimbingan dan konseling dalam berbagai aspek dan dimensi. Sehingga kini telah banyak berkembang berbagai inovasi bimbingan dan konseling dalam teori, pendekatan, manajemen, pola-pola pelaksanaan, penelitian dan pengembangan, personil, dsb. Salah satunya dengan perkembangan teknologi terutama dalam bidang informasi dan komunikasi telah memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi dunia bimbingan dan konseling. Komunikasi untuk bimbingan dan konseling dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Sehingga Interaksi antara konselor dengan konseli tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.

Dari rangkaian acara ini diharapkan bimbingan dan konseling memiliki peran dan posisi yang amat strategis dalam upaya membangun watak bangsa seperti yang terkandung dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka jelas bahwa esensi pendidikan nasional adalah “membangun watak bangsa” atau “national character building”.

Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Moh. Surya, terkait dengan watak. Apakah watak itu? Watak atau karakter pada hakekatnya merupakan ciri kepribadian yang berkaitan dengan timbangan nilai moralitas normatif yang berlaku. Kualitas watak seseorang akan tercermin pada penampilan kepribadiannya ditinjau dari sudut timbangan nilai moral normatif. Seseorang dikatakan memiliki kualitas watak yang baik apabila menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Watak yang utuh merupakan penampilan moralitas kepribadian secara paripurna menurut timbangan keutuhan nilai yang mencakup aspek emosional, intelektual, moral, dan spiritual.

Dalam sebuah tulisan yang dimuat dalam Jurnal “The ASCA Counselor” Vol. 35 no. 2 (1998), Sharon Wisniewski & Keneth Miller menyebutkan bahwa watak dipandang sebagai suatu hubungan timbal balik yang sehat antara diri (self) dengan tiga hal yang pasti ada, yaitu lingkungan internal (diri), lingkungan eksternal (orang lain dan lingkungan fisik), dan lingkungan spiritual (sesuatu yang maha besar dan abadi dari diri). Atas dasar pandangan itu, ada empat tingkatan kualitas watak, yaitu tingkatan 0 (nol), tingkatan satu, tingkatan dua, dan tingkatan tiga.

Watak tingkatan nol, merupakan tingkatan watak yang sifatnya sedikit atau tidak ada timbangan-timbangan moral dalam perilaku sebagai ciri-ciri kepribadiannya. Tingkatan nol ini disebut sebagai “reactive personality” atau kepribadian reaktif yaitu kepribadian yang terwujud dari perilaku-perilaku yang sifatnya reaktif. Watak tingkatan satu, merupakan watak yang ditandai dengan kemampuan melakukan hubungan timbal balik secara sehat terhadap dirinya sendiri dengan kendali emosional yang mantap. Watak tingkatan kedua, merupakan watak dalam tingkatan kemampuan untuk melakukan hubungan timbal balik secara sehat antara dirinya dengan orang lain dan lingkungan yang lebih luas. Stephen Covey menyebutnya sebagai “interdependent personality” atau kepribadian yang mampu melakukan hubungan timbal balik dengan pihak-pihak di luar dirinya. Watak tingkatan tiga, adalah watak yang ditandai dengan kemampuan melakukan hubungan timbal balik secara sehat dengan lingkungan Maha besar di luar dirinya yaitu “Tuhan Yang Maha Kuasa”, disamping kemampuannya berhubungan timbal balik secara sehat dengan dirinya sendiri dan orang lain serta lingkungan.

Dengan memperhatikan uraian di atas, pada dasarnya makna watak yang utuh akan tercermin apabila telah mencapai pada tingkatan ketiga secara kumulatif. Dalam konteks ”national character building”, layanan bimbingan & konseling harus mampu membangun watak tingkatan ketiga sebagai watak paripurna yang dilandasi dengan nilai-nilai kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual. Semua kualitas watak itu harus menjadi haluan dari keseluruhan layanan bimbingan dan konseling.

Putri Diyanti

Jumat, 16 Oktober 2009

CAI, ASISTEN GURU DI RUMAH SISWA


Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang digunakan adalah alat bantu visual. Lalu dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kemudian dikenal adanya alat audio visual.


Saat ini media tidak hanya dipandang sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar, tetapi juga sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan. Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi yang lebih penting dapat digunakan oleh siswa. Karena itu sebagai penyaji dan penyalur pesan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti, detail, dan menarik.


Kata instruction memunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru—murid di kelas secara formal, pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Karena itu, usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa harus diperjuangkan.


Menyadari dan menangkap peluang itu, Program Studi (Prodi) S1 Teknologi Pendidikan (TP) mengembangkan media pembelajaran “Computer Assistance Instruction” (CAI). “Selama ini CAI diproduksi mahasiswa sebagai produk perkuliahan. Untuk menyalurkan produk ciptaan mahasiswa itu, kami telah lama bekerjasama dengan BPMTV dan Diklat Merpati,” jelas Dr. Mustadji, M.Pd.


CAI atau pembelajaran berbantuan komputer ini dapat dijadikan andalan bagi guru sebagai asisten pembelajaran yang disetting dengan konten ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik berkelanjutan karena materi-materi pengayaan dapat dimasukkan pada media pembelajaran ini. Yang lebih penting media pembelajaran ini dapat digunakan secara mandiri oleh siswa di rumah tanpa kehadiran guru.



Putri Diyanti

MENUJU KEBERSAMAAN HIDUP SEBAGAI UMAT BERAGAMA


Manusia seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Begitulah ungkapan yang sering kita dengar ketika Hari Raya Idul Fitri tiba. Setelah menjalankan puasa sebulan penuh dengan keimanan dan keikhlasan sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan, 1 Syawal adalah momentum baik dalam melebur dosa antarsesama manusia. Idul fitri bermakna kelahiran kembali seorang manusia pada fitrahnya. Fitrah di sini adalah kesucian, yaitu kesucian lahir batin. Menurut Dr. Quraish Shihab, halal bi halal merupakan tradisi khas dan unik bangsa Melayu sebagai hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara.

Hari itu waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB, tak seperti biasa, gedung serba guna yang biasanya terlihat sepi, tampak berbeda. Beberapa orang berpakaian seragam putih dengan rompi coklat tampak sibuk mempersiapkan hidangan, beberapa orang yang berpakaian jas hitam juga terlihat memeriksa makanan yang sedang disiapkan. Beberapa orang mondar-mandir mengambil ini dan itu. Semua orang terlihat sibuk mempersiapkan acara tahunan ini. Ternyata, hari itu (30/9) Unesa tak mau ketinggalan menggelar halal bi halal bagi seluruh keluarga besar Unesa.


Tak Ada Batasan












Panitia
merancang halal bi halal ini sedemikian rupa, hingga membuat nyaman para undangan. Setelah memarkirkan kendaraan, pimpinan Unesa dan undangan masuk melalui pintu utama. Dari tempat parkir menuju pintu masuk gedung Serba Guna, terlihat panggung peralatan life music. Sebelum undangan datang, beberapa panitia mencoba Sound System.

Tepat pukul 10.00 WIB para undangan mulai ramai berdatangan, baik pimpinan universitas, senat, dan fakultas. Tak lama kemudian Rektor Unesa Prof. Dr. H. Haris Supratno beserta istri tiba di gedung yang baru direnovasi. Rektor yang juga mantan Ketua SNMPTN 2009 ini langsung menyalami penerima tamu. Setelah itu, Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) langsung berjajar diikuti para pimpinan universitas, senat, dan fakultas. Mereka saling bersalaman sebagai tanda permintaan maaf. Jabat tangan pun akhirnya mengular panjang seiring dengan terus datangnya para undangan. Tak ada atasan dan bawahan, semuanya membaur menjadi satu.

Halal bi halal ini merupakan ajang berkumpulnya dosen dan karyawan Unesa, baik yang ada di kampus Ketintang, Lidah Wetan, maupun Gedangan. Dr. Hj. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd, berkata, Acara ini merupakan satu-satunya acara yang dapat mengumpulkan dosen dan karyawan se-Unesa untuk bersilaturahmi, karena itu saya selalu menyempatkan hadir.

Sebanyak 1800 undangan telah disebar. Uniknya tak hanya muslim yang hadir, dosen dan karyawan non-muslimpun banyak yang ikut dalam acara ini. Ketua Halal Bi Halal Unesa 2009, Budi Harso berkata, ”Acara Halal Bi Halal merupakan bentuk kebersamaan hidup antarumat beragama untuk saling menghormati. Karena itu kami mengundang seluruh dosen dan karyawan di Unesa tidak memandang jenis agama”.

Sebuah euforia yang indah ketika perbedaan bukanlah sebuah alasan untuk saling bermusuhan. Justru itu, perbedaan adalah alat untuk saling mengenal. Bukankah dalam surat Ar-rum Allah juga berfirman bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Begitu pula keberagaman dalam Unesa yang menimbulkan semangat untuk bekerja sama dalam menuju sebuah puncak kualitas yang tinggi.

Hidangan Penggugah Selera












Setelah melebur dosa, tak lengkap rasanya bila tidak menikmati hidangan yang telah disediakan panitia.
Setelah bersalaman, para undangan mulai menyerbu joglo-joglo makanan yang menggugah selera. Menu-menu makanan itu adalah soto daging, bakso campur, sate ayam ponorogo, salad buah cocktail, tak ketinggalan rujak cingur. Karmi, salah satu chef catering berkata, Kami memasak makanan itu semua pukul 04.00 WIB, sekitar pukul delapan kami mulai membawanya ke sini. Tujuh puluh koki dan pegawai kami libatkan dalam acara ini yang terbagi dalam tiga tugas, yaitu racik, service, dan produksi. Pegawai racik menyiapkan semua hal terkait masakan di dapur, pegawai service bertugas mengambilkan makanan untuk undangan di beberapa menu seperti bakso campur, lontong kikil, dan soto ayam, sedangkan pegawai produksi bertugas sebagai pengontrol dan penata makanan”.

Hidangan yang disediakan membuat undangan tetap bertahan di gedung Serba Guna. Sri Utami, sekuriti FBS berkata, ”Cobain semua ja, enak-enak” ucapnya. Nikmatnya hidangan juga membuat banyak orang ingin mencoba lebih dari satu menu, bahkan salah satu undangan mencoba 4 menu sekaligus.” saya sudah menghabiskan empat menu sekaligus yaitu bakso, sate, lontong kikil, juga es buah. Sekarang saya kekenyangan dan malas untuk beraktivitas”, kata salah satu undangan yang tidak mau disebutkan namanya.


Doorprize Berhadiah












Selain hidangan penggugah selera, ada lagi satu cara yang dilakukan panitia untuk membuat undangan betah berlama-lama di gedung Serba Guna yaitu pembagian doorprize. Sebelum masuk ke gedung Gema, undangan
harus mengisi daftar hadir terlebih dahulu. Setelah itu undangan akan diberi satu kupon yang berisi nama dan nama instansi. Setelah mengisinya, undangan memasukkan kupon kedalam kardus yang nantinya akan diundi. Peserta yang keluar namanya akan dipanggil maju ke atas panggung untuk menerima hadiah.

Ada beberapa hadiah utama yang disediakan panitia yaitu satu lemari es, dua unit TV 21 in, lima unit sepeda mini, tiga unit kipas angin standing, lima unit magic com, 5lima unit handphone Esia, tiga unit kipas angin duduk, 25 mukena dan 25 sarung juga disediakan panitia sebagai hadiah hiburan. Berbagai hadiah itu mampu membuat undangan tak lekas pulang.

Penantian mereka pun berbuah manis, banyak di antara mereka mendapatkan hadiah utama dan hadiah hiburan. Salah satu undangan yang beruntung adalah Supiah, S.E., staf administrasi Humas mendapatkan handphone Esia. Ibu muda ini tidak menyangka kalau ia akan mendapatkan doorprize untuk ketiga kalinya dalam tiga tahun terakhir. ”Saya selalu beruntung dalam pengundian doorprize seperti ini. Tahun lalu saya dapat mukena, tahun sebelumnya saya dapat payung, dan tahun ini saya dapat handphone Esia,” katanya.

Namun nasib baik tak berpihak pada Nanda. Reporter magang Humas ini harus gigit jari karena ketika panitia memanggil namanya berkali-kali ia tidak ada di tempat sehingga ia pun harus merelakan magic comnya lepas dari tangannya. “Setelah bersalaman dengan rektor beserta jajarannya, ada tugas wawancara, karena itu aku meninggalkan gedung. Setelah kembali aku baru tahu kalau namaku dipanggil panitia berkali-kali untuk mendapatkan hadiah. Ya, mungkin kali ini bukan rejekiku,” kata mahasiswa sosiologi ini. Sementara itu, hadiah utama pertama diperoleh Wiranto Arya Wijayadi, SE., M. Si. dosen FIK.

Seusai pengundian hadiah utama berakhir, euforia halal bi halal warga Unesa terlihat nyata. Ini membuktikan bahwa keberagaman pun tak membuat kita saling bersitegang. Justru itu, keberagaman dan perbedaan membuat kita saling bekerja sama untuk mewujudkan visi dan misi Unesa.


Alfanita Zuraida

UNESA KEKURANGAN DOSEN ICT


Dunia pendidikan terus berupaya mengikuti perkembangan dan tuntutan global. Tak terkecuali praktik pembelajaran di perguruan tinggi. Penggunaan Information Comunication Technology (ICT) dalam pendidikan tinggi dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penyelenggaraan pendidikan yang lebih efektif dan efisien. Karena itu tenaga edukasi yang membidangi ICT kini dibutuhkan banyak perguruan tinggi. Unesa sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan pun membutuhkan banyak tenaga di bidang ini. Kamis (15/10) ujian tulis CPNS diadakan di auditorium rektorat dalam rangka memenuhi kekurangan tenaga dosen dan teknisi.

Tahun ini Unesa menerima 27 CPNS baru dengan berbagai formasi. Mulai dosen FIP, FBS, FMIPA, FIS, FT, FIK, FE, hingga tenaga akuntansi dan ICT. ”Tingkat kompetisi CPNS di Unesa tahun ini lebih ketat daripada tahun lalu. Tahun ini terdapat 134 peserta ujian namun hanya 27 yang akan diambil sebagai PNS. Berbeda dengan tahun lalu, jumlah peserta ujian CPNS sebanyak 127 dan yang diambil sebanyak 51 orang. Yang sangat memprihatinkan dalam proses seleksi CPNS dari tahun ke tahun ialah lowongan PNS dosen bidang ICT yang selalu tak dapat memenuhi kuota. Tahun ini formasi dosen ICT di Unesa ada tiga, namun hanya ada satu dosen yang mendaftar. Hal ini membuat kami tak ada pilihan dalam proses seleksi,” tutur Yakup, S.Sos., M.M. Kepala Kepegawaian saat mengawasi ujian tulis CPNS 2009 Unesa.

Ketika dikonfirmasi lebih lanjut mengenai solusi kekurangan tenaga dosen itu, bapak yang berkantor di kantor pusat Unesa kampus Ketintang ini mengatakan bahwa dengan terpaksa dosen yang telah ada saat ini terus mendapatkan beban tugas mengajar lebih banyak. ”Sedikitnya pendaftar CPNS dosen bidang ICT ini tidak hanya terjadi di Unesa. Di berbagai perguruan tinggi lain pun keadaannya relatif sama. Yang membuat sedikit pendaftar CPNS bidang ICT itu disebabkan tidak banyak orang yang memiliki riwayat pendidikan S1 dan S2 secara linier. Kalaupun ada ia telah bekerja sebagai tenaga ICT di perusahaan swasta,” ujar Kepala Bagian Kepegawaian.

Setelah ujian tulis yang terdiri atas tes pengetahuan umum dan bakat skolastik hari ini, hasil ujian tahap pertama ini akan diumumkan pada 30 Oktober 2009. Kemudian pada 2 Oktober 2009 ujian tahap kedua yakni tes substansi konsentrasi bidang studi, lalu pada 3 Oktober 2009 ujian tahap ketiga, yakni tes praktik mengajar, wawancara, dan kemampuan berbahasa Inggris.


Bayu Dwi Nurwicaksono

Rabu, 14 Oktober 2009

SHARE WALIKOTA PADA ADIK-ADIK KELASNYA

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa boleh berbangga. Bagaimana tidak, kota tempat berdirinya kampus eks-LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) ini dipimpin alumnus terbaiknya. Ya, Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd., alumnus S1 Pendidikan Matematika IKIP Negeri Surabaya dan S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Unesa merupakan Walikota Surabaya dua periode berturut-turut. Pagi itu, Rabu (14/10) auditorium FMIPA tampak ramai didatangi mahasiswa. Tak lama setelah itu sang kakak kelas masuk ruang dominan warna biru itu didampingi teman sepermainannya, Prof. Dr. Megah Teguh Budiarto, M.Pd., yang kini jadi Pembantu Dekan I FMIPA Unesa.

“Dulu saat di kampung, saya jadi ketua karang taruna di Trenggalek dan Pak Bambang D.H. ini menjadi sekretaris saya. Dulu saat kuliah di kampus ini pun, kami pernah punya kebiasaan ngangsu bersama. Dulu susah payah mengawali hidup di kota. Kini beliau malah jadi walikota. Ini membuktikan bahwa alumnus kita pun bisa bersaing di era global. Karena itu, pada pagi hari ini, kami mendatangkan alumnus guna sharing tentang karir dan peluang kerja untuk adik-adik mahasiswa,” tutur Guru Besar FMIPA bidang geometri ini saat mewakili Dekan FMIPA dalam memberikan sambutan.

Setelah itu, curhat walikota kepada adik-adik kelasnya pun dimulai. Bambang menekankan bahwa yang membuat seseorang sukses itu tidak hanya kemampuan secara intelektual. Namun lebih dari itu, yang membuatnya kini dapat memimpin Kota Surabaya ialah kemampuan manajerial dan keberanian berinisiatif serta mengambil resiko. “Kita tidak kalah kok dengan lulusan perguruan tinggi lain. Yang penting kita harus selalu menyiapkan diri dan percaya diri terhadap kemampuan kita,” ujarnya bersemangat.

Tak hanya memotivasi adik-adik kelasnya, Bambang pun mensharingkan suka dukanya menjadi walikota kota terbesar kedua di Indonesia ini. Mulai suka citanya berhasil mengantarkan kembali Surabaya sebagai kota Adipura Kencana, suka citanya dapat belajar dari negeri seberang tentang pengelolaan kota-kota besar di dunia, hingga duka nestapanya dicaci maki warga karena kebijakannya yang kurang populer bagi sebagian orang tentang penataan stan PKL, rumah kumuh di sepanjang setren Kali Surabaya, dan lain-lain.

Pada akhir waktu sharingnya, Bambang memohon maaf jika hal-hal yang disampaikan kurang memberikan informasi tentang peluang kerja. Ia berjanji akan menugaskan Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Surabaya untuk memberikan informasi dan peluang kerja baru pada mahasiswa Unesa. Seusai share bersama adik-adik kelasnya, Bambang langsung diburu wartawan media massa se-Surabaya terkait dengan kebijakan walikota tentang upah minimum untuk kebutuhan hidup layak (KHL) pekerja di Surabaya.

Bayu Dwi Nurwicaksono

Jumat, 28 Agustus 2009

Lagi, FIS Sabet Mawapres 2009

Mawapres tahun 2009 (4/5) lagi-lagi berada dalam gemggaman FIS (Fakultas Ilmu Sosial) selama tiga kali berturut-turut. Pada tahun 2007 dan 2008 Mawapres dimenangkan oleh Helmi angkatan 2004 yang berasal dari Jurusan Pendidikan Geografi (S-1). Tahun ini, Mawapres dimenangkan oleh Ahmad Fawait angkatan 2006 yang juga berasal dari Jurusan Pendidikan Geografi (S-1).


Dari berbagai kriteria penilaian yang diajukan, rata-rata hanya berselisih sedikit saja dengan rival Fawait. Itu artinya kemampuan mayoritas peserta yang mengikuti seleksi Mawapres hampir sama, hanya saja baik Helmi maupun Fawait sama-sama diunggulkan dalam hal karya-karya tulis yang pernah diikuti yang sangat variatif. Karya-karya tersebut ada yang dalam bentuk tim maupun perseorangan, misalnya karya terbaik yang membawanya sampai ke tingkat nasional dengan judul “Pelaksanaan Recovery Hutan Mangrove Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Banjir Pasang di Kawasan Pesisir”.

Mengenai persiapan jika ia lolos seleksi masuk ke Pimnas mengatasnamakan Unesa, Fawait menuturkan bahwa sebenarnya tidk ada persiapan khusus, tetapi memang lebih diorientasikan pada pelatihan dan penguasaan bahasa Inggris karena nantinya presentasinya semua dilakukan dalam bahasa Inggris. Tentunya, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mempunyai andil cukup besar pula dalam terpilihnya Fawait sebagai Mawapres 2009. Peran tersebut dapat terlihat dari seringnya dilakukan pelatihan PKM di tingkat Fakultas. Ia sampai sekarang adalah salah satu mahasiswa yang aktif berpartisipasi di dalamnya. Tidak hanya itu, ia juga aktif mengikuti organisasi-organisasi baik yang bersifat intra kampus maupun ekstra (Ormawa). Hal ini sekaligus menjadi poin plus yang menjadi bagian penilaian dalam seleksi Mawapres selain kemampuan berbahasa asing (Inggris), prestasi akademik, serta piagam dan sertifikat yang diperoleh.

“Melalui, pelatihan PKM seperti ini diharapkan akan tercipta lebih banyak Helmi atau Fawait yang baru untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan predikat FIS sebagai Mawapres. Perbedaan pelatihan PKM tahun ini adalah para peserta dari delegasi masing-masing jurusan atau prodi yang diunjuk tidak diperkenankan mengambil sertifikat sebelum membuat karya tulis sabagai produk diadakannya pelatihan PKM,” papar PD III FIS I Made Arsana, M. Pd.

Wahyu Nurul Hidayati

Kunjungan Rotterdam University ke FBS Jurusan Bahasa Inggris

Semarak suasana tampak di gedung baru Bahasa Inggris pada (1/5). Pasalnya hari itu dua orang perwakilan Rotterdam University berkunjung ke jurusan yang dipimpin oleh Dr. Oikurema Purwati, M.Appl. Mereka adalah Ton de Kraay dan Myrna Feverstake Smeele. Sebenarnya ada 5 orang perwakilan yang mengunjungi Unesa, namun mereka membaginya menjadi tiga tim, dua orang ke Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dua orang ke Jurusan Matematika dan satunya ke gedung Rektorat untuk membicarakan kerja sama.

Dalam kunjungannya, mereka membahas Teaching English for Young Learners (TEYL) atau pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak. Dalam workshop dan diskusi selama satu setengah jam, mereka bertukar pikiran tentang bagaimana bahasa Inggris diajarkan pada anak usia dini pada para dosen. Tidak mau ketinggalan, Jurusan Bahasa Inggris yang diwakili oleh Dra. Kusumarasdyati, Ph.D. juga memaparkan tentang bagaimana TEYL diajarkan pada anak usia TK sampai 12 tahun.

Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum., salah satu panitia kunjungan perwakilan Rotterdam University ini mengatakan bahwa awal mula kedatangan perwakilan Rotterdam University ini adalah pada bulan November 2008. Dua orang perwakilan datang (salah satunya Ton de Kraay) dalam rangka kunjungan ke beberapa Sekolah Dasar (SD) di Surabaya, diantaranya Al-Hikmah, M.I. Jambangan, dan SD At-Taqwa. Saat itu Unesa yang juga diwakili oleh Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum. diminta mendampingi kedua orang yang datang ini. Di sinilah terjadi perbincangan di antara kedua belah pihak mengenai kemungkinaan kerja sama. Pada Bulan Maret 2009 lalu barulah ada e-mail yang menjelaskan bahwa mereka akan datang lagi ke Surabaya, salah satu tujuannya adalah untuk mengunjungi jurusan Bahasa Inggris.

“TEYL yang dijadikan mata kuliah pilihan diharapkan dapat menjadi mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa Bahasa Inggris, terutama S-1 Pendidikan Bahasa Inggris. Lebih dari itu semoga setelah kunjungan ini Jurusan Bahasa Inggris bisa mengembangkan TEYL sebagai program unggulan,” tegas wanita berkerudung yang juga salah satu dosen jurusan Bahasa Inggris.

Alfanita Zuraida

Semangat Bulan Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan

Bulan Mei di Fakultas Ilmu Pendidikan merupakan bulan yang memiliki makna tersendiri, karena tiap tahunnya di bulan kelima ini, selalu diselenggarakan acara Bulan Pendidikan. Hal ini tentunya membuat Fakultas Ilmu Pendidikan terlihat lebih meriah karena diselenggarkan berbagai agenda baik itu kegiatan yang terkait dengan mimbar ilmiah maupun hiburan yang merefreshing civitas akademika dan masyarakat.


Bulan Pendidikan yang bertemakan "Dengan Semangat Bulan Pendidikan 2009 FIP-Unesa Sebagai Pengembang Ilmu Pendidikan Siap Meningkatkan Mutu Pembelajaran Yang Mendidik" dibuka tanggal 3 Mei 2009. Upacara pembukaan Bulan Pendidikan diwarnai oleh pengguntingan pita serta penandatanganan prasasti oleh Rektor, Prof. Dr. H. Haris Supratno dan Drs. I Nyoman Sudarka, M.S., selaku dekan FIP sebagai tanda diresmikannya Taman Ki Hajar Dewantara. Taman yang ditengahnya terdapat kolam ikan juga berdiri patung Ki Hajar Dewantara yang bertuliskan “ Niteni, Niroke, Nambahi (Cermati, Tirukan, Kembangkan) dengan pose beliau yang sedang menghadap keatas seperti berpikir, setelah dikonfirmasikan apa makna dari patung Ki Hajar Dewantara tersebut, Dekan FIP mengatakan, “Filosofinya, beliau sedang berpikir tentang pendidikan nasional, bagaimana caranya agar pendidikan nasional di Indonesia ini bisa berkembang.”


Rangkaian acara Bulan Pendidikan sebenarnya telah dilaksanakan sejak bulan April. Dengan diselenggrakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam memperingati Bulan Pendidikan (12,19,26/5) diselenggarakan pelatihan untuk para guru TK dan PAUD yaitu pelatihan mendongeng, membatik, dan sempoa, begitu menurut Ketua Panitia Bulan Pendidikan, Dra. Meutia Ulfah, M.Si. Meriahnya acara pembukaan pun dilanjutkan dengan jalan sehat yang diikuti pula oleh komunitas pengguna alat transportasi sepeda kayuh sebagai pembuka, Komunitas yang tergabung dalam UKM Sepeda ini mensosialisasikan Back to Campus. Dengan slogan mereka, “Mari kita wujudkan Surabaya Nol Polusi”. Kemudian seusai jalan sehat , para penonton baik dari civitas akademika dan masyarakat, dihibur oleh tari-tarian, drumband dan ansamble baik dari binaan PG-PAUD ataupun para mahasiswa dari jurusan PG-PAUD. “Karena kebetulan tahun ini, panitianya dari prodi PGTK dan PG-PAUD jadi pengisi acara pada pembukaan ini kebanyakan dari orang-orang yang terkait dengan prodi itu,” tutur Dra.Meutia Ulfah, M.Si.


Agenda selanjutnya adalah donor darah dan akupuntur, selain itu juga diselenggarakan berbagai lomba diantaranya lomba menyanyi yang diikuti oleh para karyawan dan mahasiswa di Joglo FIP yang biasa di manfaatkan mahasiswa untuk tempat browsing karena area tersebut merupakan hot spot untuk wi-fi. pada tempat lain dikawasan FIP juga diselenggarakan lomba-lomba antar jurusan, diantaranya lomba futsal, tenis meja dan voli.

Selanjutnya, (17/5) di JMP (Jembatan Merah Plasa, red) Surabaya, PGTK juga menyelenggarakan lomba mewarnai yang diikuti oleh anak-anak TK se-Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo . Jumlah peserta yang hadir mencapai 130 peserta dari anak-anak TK B, baik yang berupa perseorangan atau mengatasnamakan instansi. Ini merupakan acara perdana yang dilakukan secara outdoor setelah empat tahun terakhir serangkaian acara serupa dilaksanakan di kampus, baik di Lidah Wetan maupun Teratai. “Kendala yang dihadapi sejauh ini memang masalah finansial dan birokrasi. Mungkin ini acara perdana yang dilakukan PGTK di luar kampus, tapi kami pikir persiapan dua setengah bulan cukup membuahkan hasil yang memuaskan,” tukas Marisa Kedia Arista selaku panitia. Lebih lanjut ditegaskan bahwa acara ini juga diharapkan mampu menarik animo masyarakat yang lebih besar dan menunjukkan eksistensi Unesa, khususnya PGTK dan kampus Teratai yang belum banyak diketahui khalayak ramai.

Sebagai penutup serangkaian acara di bulan bahasa ini, FIP mengadakan sebuah seminar nasional dan lokakarya bertajuk “Melalui Bulan Pendidikan kita tingkatkan profesionalisme tenaga pendidik”. Seminar ini diadakan di audiotorium pascasarjana Unesa pada (6/6). Ada tiga kegiatan yang digelar diantaranya diskusi panel, tanya jawab dan workshop. Dalam diskusi panel ada tiga materi yang dibahas oleh tiga pembicara berbeda diantaranya pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan melalui penelitian tindakan kelas yang disajikan oleh Prof. Suyata, Ph.D. (UNY), pengembangan bahan ajar yang disajikan oleh Prof. Dr. Siti Masitoh, M.Pd. (Unesa), dan implementasi ide-ide utama KTSP sebagai upaya meningkatkan kompetensi profesional pendidik yang disajikan oleh Prof. Dr. Muhammad Nur (Unesa). Selain seminar dan lokakarya, di hari yang sama, FIP juga mengadakan seminar Pendidikan Internasional di Sidoarjo yang salah satu pembicaranya didatangkan dari Australia.

Putri, Wahyu, Fithri, Herlina, Alfanita

Pusat Kebudayaan Perancis Hadirkan Accrocrap di Sawunggaling


Pusat Kebudayaan Prancis atau Center Culturel et de Cooperation Linguistique (CCCL) Surabaya merupakan salah satu dari 430 lembaga Prancis (Institut Prancis, Pusat Kebudayaan Prancis dan Alliances Françaises). Lembaga ini merupakan kepanjangan tangan dari Kedutaan-kedutaan Besar Prancis yang tersebar di lebih dari 150 negara. Dinamika dan luasnya jaringan ini menjadikan lembaga-lembaga kebudayaan Prancis yang ada di dunia sebagai jembatan perantara yang menghubungkan budaya di dunia dimana kerja sama merupakan sebuah kunci utama.

Dalam rangka Festival Musim Semi Prancis 2009 yang kini tengah diperingati di negara yang terkenal dengan menara Eifelnya ini, CCCL mengadakan sebuah pertunjukan tari Prancis yang ditampilkan oleh Accrorap, kelompok hip-hop yang sedang naik daun di Prancis. Peringatan festival ini tidak hanya diadakan di Indonesia tetapi juga di negara Asia lain seperti di Vietnam, Hongkong, Filipina, dan Thailand. Di Indonesia sendiri peringatan festival ini diadakan pada (31/5) di Gedung Sawunggaling Unesa Surabaya. Sehari sebelum tampil, kelompok tari yang pernah meraih penghargaan "Prix Mimos" dalam fesitval tari 2008 itu memberikan pelatihan tentang gerakan dasar tarian hip hop kepada puluhan mahasiswa Seni Tari Unesa dan beberapa anggota grup tari dari Surabaya dan Malang di salah satu ruang CCCL Surabaya.

Ada sebuah kisah menarik di balik tarian Prancis yang di koreograferi oleh Kader Attou (juga sebagai penari). Tarian yang bertema keinginan atau impian masa kanak-kanak itu teridiri dari fragmen-fragmen tentang kisah masa kecil yang saling berhubungan. Ada sebuah harapan dalam tari itu membawa orang yang menontonnya akan lebih terinspirasi untuk menghargai atau menganggap penting harapan di masa kanak-kanak itu. Semoga harapan itu tetap ada pada diri orang yang telah dewasa dan orang yang bersangkutan dapat mewujudkan impian masa kecilnya itu.

Menurut Pramenda Krishna A, salah satu panitia pagelaran tari Prancis malam itu, ini adalah kali kedua CCCL bekerja sama dengan Unesa menampilkan tari Prancis di sana. Sebelumnya CCCL juga pernah mengadakan pertunjukan tari tahun 2004 dengan kelompok tari yang sama. Gedung Sawunggaling Unesa merupakan gedung yang sangat representatif untuk menampilkan seni, ini adalah sebuah alasan yang membuat panitia memilih gedung kebanggan warga Unesa ini.

Dengan pagelaran tari Prancis ini, diharapkan dapat menjalin persahabatan yang erat antara masyarakat Indonesia dan Prancis. Selain itu kesenian ini juga sebagai ajang untuk saling menularkan wawasan antardua negara yang berbeda. Beragam misi (bahasa, budaya, ilmiah, universitas dan audiovisual) yang diemban jaringan ini memberi citra kehidupan Prancis masa kini di luar negeri, semuanya dilakukan dengan dialog dengan negara-negara di mana lembaga kebudayaan Prancis berada, di mana kerjasama tetap menjadi kunci utama.

Alfanita Zuraida

Workshop dan Pelatihan Penulisan Proposal Ilmu Keolahragaan

Nampaknya tahun 2009 ini atau tahun kerbau bagi orang Tionghoa merupakan tahun keberuntungan bagi Unesa. Beragam prestasi dari berbagai disiplin ilmu telah berhasil ditelurkan, begitu pula berbagai kehormatan dan kepercayaan yang diberikan kepada Unesa sebagai tuan rumah dalam beberapa kegiatan besar. Workshop dan pelatihan proposal ilmu keolahragaan Kemenegpora ini salah satunya. Dasar tentang pelaksanaan workshop ini adalah Undang-undang pasal 34 tahun 2005 tentang IPTEK Olahraga.

Ditemui di sela-sela acara, Drs. Bambang Setiyono, M.Pd. Selaku ketua panitia menjelaskan bahwa IPTEK sangat dibutuhkan guna menunjang persamaan persepsi dan membuat pakemisasi terutama dalam bidang keolahragaan. Konsep penelitian yang digunakan adalah konsep penelitian model payung yaitu penelitian yang terdiri dari satu tim dosen dan dua orang mahasiswa. Tujuan diadakannya program hibah ini adalah untuk meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa agar tidak hanya berperan aktif dan berprestasi di bidang ke-atlet-an semata, tetapi juga dapat memacu karya-karya ilmiah dengan baik. “Peningkatan kualitas SDM dengan pakem penelitian mendukung program andalan binaan berkelanjutan olahraga serta dalam rangka menyiapkan kader-kader baru yang lebih handal,” demikian tambahnya. Sampai saat ini, kelemahan terhadap kejuaraan-kejuaraan yang di andalkan yaitu pembibitan, wasit dengan prestasi yang menurun, serta penelitian profesi.

Sebanyak empat buah proposal yang dibuat oleh tim Unesa berhasil diterima oleh Dirjen Dikti. Empat tim tersebut terdiri dari tim direktur Surabaya Sport and Fitness Center (SSFC) Unesa Prof. Dr. H. Hari Setiono, M.Pd., PD III FIK Unesa Drs. Imam Marsudi, M.Si., Dr. Achmad Widodo, M.Kes. dan Oce Wiriawan, S.Pd., M.Kes. Acara ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali dan merupakan program hibah se-Indonesia. Untuk kesempatan tahun ini, Surabaya yang menjadi tuan rumah dan suatu kehormatan bagi Unesa yang dipercaya juga menjadi salah satu narasumber berdampingan dengan Deputi V Kemenegpora, Prof. Tunas Widianto, S.H., M.Si. Model-model penelitian begitu variatif, diantaranya yaitu model orietas yang terdiri dari PPLM (Pusat Pembinaan dan Pelatihan Mahasiswa), evaluasi, dan kemitraan kemahasiswaan.

Menurut Prof. Hari, citra Unesa sebagai Kampus Prima Olahraga terbaik di Jawa Timur perlu dipertahankan dan diprioritaskan lebih lanjut. Bahkan SSFC baru-baru ini berencana akan membuat web yang berbasis pusat data nasional mengikuti langkah dosen laboratorium. Dosen laboratorium sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu dosen lapangan sesungguhnya dan dosen normal yang mengajar di kelas.

Hasil workshop adalah mengenai upaya untuk menindaklanjuti dan membuat persamaan persepsi dengan pembentukan PAL (Program Atlet Andalan) yang dibuat bersama pemerintah dalam jangka waktu dua tahun, dan atlet berpotensi yang dibina selama tiga bulan. Diharapkan acara ini mampu menjaring kader olahraga yang lebih banyak tidak hanya pembinaan atlet dari dosen dan mahasiswa, tetapi juga peningkatan yang dilakukan melalui karya-karya tulis yang masih kurang membudaya.

“Kesulitan yang dihadapi yaitu susahnya mengadakan koordinasi dengan tim evaluator perguruan tinggi dengn PAL yang tidak bisa sinergis dan berjalan baik,” ungkap Herri Sejono. Terdapat kesenjangan antara Perguruan Tinggi sehingga hal ini berdampak pada prestasi para atlet pada Sea Games dengan menurunnya kualitas prestasinya. Sebagai upaya antisipasi, adanya disentralisasi atau program otonomi yang didukung oleh status perguruan tinggi menjadi BLU akan terjalin keselarasan sistem. Selain itu diharapkan penempatan IPTEK yang efektif mampu mencetak para peneliti baru handal yang dilakukan melalui model-model penelitian.

Wahyu Nurul Hidayati

OPPEK Ciptakan Mahasiswa Cerdas dan Kompetitif

Ada yang berbeda pada OPPEK tahun 2009 yang diselenggarakan di hotel Tanjung Plaza, Tretes, Malang. Ini kali OPPEK (Orientasi Pengembangan Pendamping Kemahasiswaan) diperuntukkan secara khusus kepada seluruh Ketua Jurusan (Kajur) dan Ketua Program Studi (Kaprodi) di Unesa. Setelah beberapa waktu lalu secara khusus pembekalan yang sama juga diberikan untuk dosen-dosen pendamping khusus mahasiswa dan mahasiswa. Melalui pembekalan ini diharapkan Kajur dan Kaprodi juga dapat melakukan monitoring secara langsung terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dan organisasi-organisasi yang berada dalam naungan di bawahnya, seperti BEM dan DLM.

Kegiatan dibuka oleh Pembantu Rektor I, Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Sc. didampingi Pembantu Rektor III, Prof. Dr. I Nyoman, M.S. mewakili Rektor Unesa. Acara berlangsung selama tiga hari mulai Kamis-Sabtu (14-17/5). Penataran ini merupakan program yang digagas oleh pihak universitas yang diadakan dalam rangka menyamakan persepsi tentang pola-pola pengembangan dan pendampingan kemahasiswaan di perguruan tinggi, khususnya di Unesa. Pembekalan dilakukan dengan tujuan OPPEK untuk mengetahui kondisi kemahasiswaan di Indonesia, pola pengembangan kemahasiswaan secara nasional, memahami dinamika kehidupan mahasiswa, memahami sejumlah gaya kerja, mampu menerapkan gaya kerja dalam bernegosiasi. Dari seluruh Kajur dan Kaprodi yang mengikuti pembekalan ini, nampak pula Pembantu Dekan III masing-masing fakultas yang turut serta menghadiri pembekalan.

OPPEK merupakan serangkaian kegiatan terstruktur yang diselenggarakan untuk memebantu para pendamping mencapai kesepakatan tentang cara-cara yang sebaiknya diterapkan dalam menangani masalah-masalah kemahasiswaan di perguruan tinggi masing-masing. Landasan dasar pelaksanaan OPPEK ini adalah Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuannya antara lain adalah untuk mengetahui kondisi dunia kemahasiswaaan, pola pengembangan kemahasiswaan, dinamika kehidupan, sejumlah gaya kerja dan negosiasi di Indonesia. Metode yang digunakan dengan menggunakan metode “analisis-pengalaman” yaitu suatu metode yang mengharuskan para peserta ikut aktif berpartisipasi dalam melakukan berbagai kegiatan eksperimental kemudian melakukan analisis untuk menyimpulkan hasil-hasil kegiatan itu. Peserta juga diharapkan dapat mendiskusikan kemungkinan penerapan analisis dan simpulan mereka dalam menjalankan tujuan mereka sebagai pendamping mahasiswa.

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan selama orientasi, para peserta akan didampingi oleh sejumlah pemandu. Para pemandu bukanlah pengajar dan tugas mereka hanyalah menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan, menyiapkan bahan yang dibutuhkan, serta menjadi mediator dalam diskusi-diskusi yang diadakan untuk menyimpulkan hasil eksperimen.

Adapun hasil dari OPPEK antara lain merumuskan visi mahasiswa Indonesia cerdas dan kompetitif dan misi untuk mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa, menumbuhkembangkan kreativitas dan semangat kewirausahaan untuk meningkatkan daya saing bangsa, meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan, dan moral mahasiswa, serta menanamkan rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia.

Kesuksesan mahasiswa untuk hidup tidak hanya dilihat dari faktor kemampuan kognitif semata, tapi juga faktor kemampuan soft skill turut menentukan. Faktor kognitif hanya menyumbangkan 20% kesuksesan mahasiswa, sedangkan faktor soft skill menyumbangkan 80% karena soft skill merupakan keahlian seorang mahasiswa bagaimana bisa hidup sukses di dunia kerja dan di tengah-tengah masyarakat.

Di tingkat perguruan tinggi kemampuan soft skill sudah dimasukkan melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti pelatihan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM). Lebih lanjut, PR III Unesa menambahkan bahwa tidak hanya soft kill yang dibutuhkan para mahasiswa untuk berperan aktif dan berkreasi tetapi juga membutuhkan lebih banyak membaca dan berkomunikasi untuk bisa menghasilkan karya-karya terbaik dan berkualitas.

Wahyu Nurul Hidayati

BLU Unesa, Menuju Efisiensi dan Produktifitas Kerja

Sejak diberlakukannya Unesa menjadi Badan Layanan Umum (BLU) pada 27 Pebruari 2009 berarti Unesa telah menjadi sebuah instansi pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU) yakni secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi. Beberapa peraturan terkait BLU antara lain: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU); Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum; Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum; dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum.

Berdasarkan landasan hukum itu, secara resmi Unesa telah menjadi BLU pada urutan ke-8 di Indonesia. “Ironisnya, hal ini baru terealisasikan meskipun draft proposal telah diajukan pada 27 Mei 2008 dengan dalih berkas proposal ketlingsut,” ungkap Drs. Purwohandoko, M.M. selaku ketua BLU Unesa dan juga mengatakan bahwa dengan status BLU secara penuh, Unesa diberikan fleksibilitas pengeloaan keuangan dan sumber daya, serta fleksibiltas untuk memiliki unit produksi. "Dengan menjadi BLU, sesuai dengan surat keputusan yang ditandatangani Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Unesa harus menyusun sistem akuntansi paling lambat dua tahun setelah Unesa ditetapkan menjadi BLU," jelasnya. Guna menindaklanjuti hal tersebut, maka Tim Pendamping BLU dan Tim Pelaksanaan BLU Unesa melakukan rapat tertutup di Trawas, Mojokerto (31/5-2/6) sekaligus pembentukan Pokja. Orientasi Pokja adalah mengenai keuangan dan akuntansi serta rekening. Sedangkan Pokja pola tata kelola meliputi pengadaan evaluasi layanana yamg belum dimiliki oleh Unesa.

Demikian pula yang telah dilakukan tim pasca penetapan Unesa sebagai BLU, dengan melakukan studi banding ke beberapa perguruan tinggi yang lebih dulu menjadi BLU seperti UNDIP (Universitas Diponegoro) Semarang, UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta, UB (Universitas Brawijaya) Malang, dan UNNES (Universitas Negeri Semarang) Semarang. Studi banding ini dilakuakn dalam rangka sosialisasi media dan tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman seputar BLU, terutama bagi perguruan tinggi yang lebih dulu dirasa mampu melaksanakannya lebih baik.

Dengan status baru yang disandang Unesa, maka seiring dengan hal tersebut perlu juga diadakan renovasi atau perombakan dari segala aspek, terutama berkenaan dengan transparansi masalah finansial. Diantara upaya-upaya yang dilakukan yaitu melalui sosialisasi khususnya terhadap mahasiswa. Hal ini dikarenakan masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui secara pasti intisari atau visi misi BLU. Mayoritas dari mereka beranggapan bahwa dengan perubahan status Unesa menjadi BLU dikhawatirkan terjadi kenaikan dalam beberapa aspek, terutama masalah SPP dan SDP. “Oleh karena itu pentingnya program sosialisasi ini adalah untuk meluruskan persepsi mahasiswa terkait hal tersebut,” Purwohandoko menegaskan.

Selain perombakan dan transparansi finansial yang akan dilakukan, pembenahan system juga akan sesegera mungkin diperbaiki, misalnya yang berhubungan dengan birokrasi dan akses data serta ICT. Akan tetapi sehubungan dengan hal ini, diharapkan semua pihak, mahasiswa khususnya, mampu berkerja sama secara korporasi. Berdasarkan hasil Pokja, maka diperoleh keterangan bahwa implikasi BLU berbasis bisnis diterapkan, misalnya melalui pemanfaatan gedung-gedung yang tidak terawat untuk didayagunakan secara efektif dan efisien menjadi lebih bernilai ekonomis. Contoh lainnya misalnya dengan mengakomodasikan para dosen yang sarat intelektual untuk menempuh studi ke luar negeri secara melembaga dengan maksud selepas studinya mampu mengaplikasikan ilmunya bagi perkembangan Unesa. Singkatnya, konsep yang digunakan adalah efisiensi dan produktifitas. Efisiensi dilakukan dengan pencukupan dan penyesuaian kebutuhan, sedangkan produktifitas meliputi upaya mendayagunakan atau menciptakan sesuatu supaya bernilai lebih.

Wahyu Nurul Hidayati

Buah Tangan dari Negeri Kangguru

Sebelum fokus membahas ketiga inovasi baru tersebut, mari kita ulas sedikit mengenai sistem pendidikan yang ada di Australia beserta mata pelajaran, tahun akademi serta olahraga dan juga budaya siswa Australia. Dari empat narasumber tersebut.
Sekolah di Australia dimulai dengan taman kanak-kanak atau tahun persiapan, diikuti dengan 12 tahun sekolah dasar dan menengah. Di tahun terakhir sekolah menengah (Year 12), siswa dapat belajar untuk mendapat ijazah pemerintah yang diakui oleh semua universitas dan lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan di Australia. Ijazah sekolah menengah atas (Senior Secondary Certificate of Education) ini juga diakui oleh banyak universitas di luar negeri.

Terkait dengan mata pelajaran, Australia mempunyai sebuah kerangka kerja kurikulum nasional untuk memastikan standar akademik yang tinggi di seluruh negeri. Semua sekolah menyediakan mata pelajaran dalam delapan bidang pelajaran utama: bahasa Inggris, matematika, pendidikan sosial dan lingkungan, sains, seni, bahasa selain bahasa Inggris, teknologi, serta pengembangan kepribadian, pendidikan kesehatan dan fisik. Sekolah juga mempunyai program bahasa Inggris bagi para siswa internasional dalam mendukung pendidikan mereka.

Di tingkat sekolah menengah, pilihan dan keberagamannya juga meningkat karena sekolah dapat menawarkan berbagai jenis mata pelajaran, yang akan diberikan oleh para pengajar yang sangat berpengalaman dan terlatih, serta menggunakan teknologi terbaru termasuk internet, peralatan multimedia (seperti layar sentuh) serta laboratorium.

Tahun pelajaran dibagi menjadi empat triwulanan dan berlangsung dari akhir Januari atau awal Februari sampai Desember. Ada libur singkat antar triwulan, dan satu libur panjang musim panas di bulan Desember dan Januari. Siswa masuk sekolah dari hari Senin sampai Jumat setiap minggu, “Jam sekolah sedikit bervariasi di Australia, tapi umumnya mulai pukul 9.00 sampai 15.30 setiap hari sekolah.”. Begitu tutur Damajanti, yang juga staf pengajaran pada prodi Teknologi Pendidikan.

Kurikulum sekolah Australia mendukung berbagai jenis keterampilan dan minat siswa. Keterampilan drama, musik, seni, debat dan bicara di depan publik, selain kegiatan olah raga baik beregu maupun perorangan, semua diperkuat dengan kerja sama dan pertandingan antar sekolah. Sekolah juga mengadakan pendidikan khusus yang dirancang bagi para siswa internasional yang berbakat istimewa. Pusat-pusat pelajaran dan fasilitas olahraga menawarkan lingkungan yang ideal untuk pengembangan akademik dan pribadi para siswa internasional. Banyaknya jenis olahraga dan artistik yang ditawarkan dapat membantu para siswa mengembangkan ketrampilan organisasional dan kepemimpinan mereka, selain kemandirian dan kepercayaan diri yang baik.

Berbeda dengan cara pengajaran disana yang sudah maju, semoga beberapa inovasi baru yang dibawa dari sana dapat dijadikan sebagai motivasi untuk para pendidik dan menerapkan inovasi tersebut.
Seperti apa, untuk apa dan bagaimana inovasi itu digunakan dalam proses belajar mengajar? Mari kita mengenalnya bersama.

Digital telling story merupakan penerapan komputer untuk menceritakan suatu cerita dengan media yang memadukan antara gambar, teks, dan juga suara. Seperti halnya telling story tradisional, sebagian besar digital story menceritakan suatu topik dilihat dari sudut pandang tertentu. Tujuan utama dari digital story telling adalah memberikan kesempatan pada pembuat untuk mengekspresikan kekuatan emosinya sehingga motivasi untuk speaking menjadi lebih kuat. Banyak hal positif dari diterapkannya digital telling story ini, diantaranya adalah memberikan stimulus pada mahasiswa untuk bisa menceritakan gambar yang telah dibuat. Didalam digital telling story semua mahasiswa diwajibkan untuk speaking tidak seperti dalam pengajaran tradisional yang didominasi beberapa mahasiswa karena sebagian dari mahasiswa ada yang enggan untuk melakukan speaking karena malu. Jadi dengan diterapkannya digital telling story diharapkan dapat membuat mahasiswa untuk aktif dan berani untuk mengemukakan pendapat. Selain itu digital telling story dapat merangsang mahasiswa untuk berkreasi memadukan gambar serta teks sehingga dapat memunculkan daya kreatifitas mereka.

Berikutnya mengenai Blended Learning. Jika digital telling story adalah suatu metode pembelajaran maka Blended Learning merupakan suatu perpaduan pembelajaran. Perpaduan media pembelajaran ataupun metode pembelajaran, atau bisa juga memadukan keduanya. Contohnya seperti memadukan antara e-learning dengan face to face dalam mengajarkan suatu materi.

Akan tetapi pada contoh diatas dengan diterapkannya Blended Learning membutuhkan beberapa hal diantaranya LMS (Learning Management System) contohnya lintang.unesa.ac.id/moodle, discussion forum atau bulletin boards via website seperti wikipages, googlepages, blogspot, wordpress. Kemudian setiap mahasiwa maupun dosen wajib memiliki email. Membutuhkan synchronous forum (yahoo messengers, facebook chat, googlepages chat) dan juga asynchronous forum seperti mailing list, social/community network seperti facebook, friendster, twitter, plurk maupun hi5.

Beberapa keuntungan dari Blended Learning yaitu dapat meningkatkan akses pembelajaran, meningkatkan akses mahasiswa terhadap pembelajaran, meningkatkan interaksi baik antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa serta meningkatkan cost-effectiveness, lebih menjangkau berbagai tipe belajar mahasiswa. Adapun hidden curriculum dari Blended Learning ini, salah satunya adalah meningkatkan ketertarikan dosen dan mahasiswa terhadap kemajuan teknologi sehingga dapat pula meningkatkan daya kemandirian belajar mahasiswa.

Oleh-oleh lainnya berupa Evaluation yang didalamnya berisi Assessment, Portofolio, Learning Journal. Dalam hal ini Assesment digunakan untuk menentukkan sejauh mana pengetahuan atau kemampuan dari siswa, sedangkan evaluasi digunakan untuk menentukan keberhasilan atau manfaat dari suatu program. Dilanjutkan dengan portofolio yang kegunaannya dapat meningkatkan self assessment dan reflection, empowering dan juga dapat menciptakan hubungan baru (kolaborasi). Berbicara mengenai evaluasi tidak lengkap tanpa learning journal.

Learning Journal adalah suatu cara mendokumentasikan belajar dan mengumpulkan informasi secara sistematis untuk self analysis dan refleksi. Learning Journal ini, berisi tentang hasil berpikir (yang bersifat eksternal, karena ditulis) sehingga memudahkan untuk menghubungkan antara satu ide dengan ide yang lain. Penilai tidak hanya dari dosen tapi peran mahasiswa sangatlah besar dalam menilai bagaimana materi yang telah disampaikan dosen. “Selama ini untuk menilai bagaimana hasil mengajar yang telah saya lakukan selama seminggu, mahasiswa saya dapat mengcomment saya melalui facebook, email maupun blog saya.” Begitu penuturan Damajanti.

Hasil dari Learning Journal tersebut mampu mengembangkan action plan sebagai hasil belajar. Sehingga dapat digunakan untuk menerapkan review dari refleksi hasil belajar pada lingkungan, seperti apa yang yang seharusnya dilakukan, siapa melakukannya, hambatan apa saja yang mungkin dialami. Selain itu learning journal juga mampu mereview hasil belajar artinya mampu mengidentifikasi masalah utama dalam situasi belajar mengajar.

Putri Diyanti