Sebelum fokus membahas ketiga inovasi baru tersebut, mari kita ulas sedikit mengenai sistem pendidikan yang ada di Australia beserta mata pelajaran, tahun akademi serta olahraga dan juga budaya siswa Australia. Dari empat narasumber tersebut.
Sekolah di Australia dimulai dengan taman kanak-kanak atau tahun persiapan, diikuti dengan 12 tahun sekolah dasar dan menengah. Di tahun terakhir sekolah menengah (Year 12), siswa dapat belajar untuk mendapat ijazah pemerintah yang diakui oleh semua universitas dan lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan di Australia. Ijazah sekolah menengah atas (Senior Secondary Certificate of Education) ini juga diakui oleh banyak universitas di luar negeri.
Terkait dengan mata pelajaran, Australia mempunyai sebuah kerangka kerja kurikulum nasional untuk memastikan standar akademik yang tinggi di seluruh negeri. Semua sekolah menyediakan mata pelajaran dalam delapan bidang pelajaran utama: bahasa Inggris, matematika, pendidikan sosial dan lingkungan, sains, seni, bahasa selain bahasa Inggris, teknologi, serta pengembangan kepribadian, pendidikan kesehatan dan fisik. Sekolah juga mempunyai program bahasa Inggris bagi para siswa internasional dalam mendukung pendidikan mereka.
Di tingkat sekolah menengah, pilihan dan keberagamannya juga meningkat karena sekolah dapat menawarkan berbagai jenis mata pelajaran, yang akan diberikan oleh para pengajar yang sangat berpengalaman dan terlatih, serta menggunakan teknologi terbaru termasuk internet, peralatan multimedia (seperti layar sentuh) serta laboratorium.
Tahun pelajaran dibagi menjadi empat triwulanan dan berlangsung dari akhir Januari atau awal Februari sampai Desember. Ada libur singkat antar triwulan, dan satu libur panjang musim panas di bulan Desember dan Januari. Siswa masuk sekolah dari hari Senin sampai Jumat setiap minggu, “Jam sekolah sedikit bervariasi di Australia, tapi umumnya mulai pukul 9.00 sampai 15.30 setiap hari sekolah.”. Begitu tutur Damajanti, yang juga staf pengajaran pada prodi Teknologi Pendidikan.
Kurikulum sekolah Australia mendukung berbagai jenis keterampilan dan minat siswa. Keterampilan drama, musik, seni, debat dan bicara di depan publik, selain kegiatan olah raga baik beregu maupun perorangan, semua diperkuat dengan kerja sama dan pertandingan antar sekolah. Sekolah juga mengadakan pendidikan khusus yang dirancang bagi para siswa internasional yang berbakat istimewa. Pusat-pusat pelajaran dan fasilitas olahraga menawarkan lingkungan yang ideal untuk pengembangan akademik dan pribadi para siswa internasional. Banyaknya jenis olahraga dan artistik yang ditawarkan dapat membantu para siswa mengembangkan ketrampilan organisasional dan kepemimpinan mereka, selain kemandirian dan kepercayaan diri yang baik.
Berbeda dengan cara pengajaran disana yang sudah maju, semoga beberapa inovasi baru yang dibawa dari sana dapat dijadikan sebagai motivasi untuk para pendidik dan menerapkan inovasi tersebut.
Seperti apa, untuk apa dan bagaimana inovasi itu digunakan dalam proses belajar mengajar? Mari kita mengenalnya bersama.
Digital telling story merupakan penerapan komputer untuk menceritakan suatu cerita dengan media yang memadukan antara gambar, teks, dan juga suara. Seperti halnya telling story tradisional, sebagian besar digital story menceritakan suatu topik dilihat dari sudut pandang tertentu. Tujuan utama dari digital story telling adalah memberikan kesempatan pada pembuat untuk mengekspresikan kekuatan emosinya sehingga motivasi untuk speaking menjadi lebih kuat. Banyak hal positif dari diterapkannya digital telling story ini, diantaranya adalah memberikan stimulus pada mahasiswa untuk bisa menceritakan gambar yang telah dibuat. Didalam digital telling story semua mahasiswa diwajibkan untuk speaking tidak seperti dalam pengajaran tradisional yang didominasi beberapa mahasiswa karena sebagian dari mahasiswa ada yang enggan untuk melakukan speaking karena malu. Jadi dengan diterapkannya digital telling story diharapkan dapat membuat mahasiswa untuk aktif dan berani untuk mengemukakan pendapat. Selain itu digital telling story dapat merangsang mahasiswa untuk berkreasi memadukan gambar serta teks sehingga dapat memunculkan daya kreatifitas mereka.
Berikutnya mengenai Blended Learning. Jika digital telling story adalah suatu metode pembelajaran maka Blended Learning merupakan suatu perpaduan pembelajaran. Perpaduan media pembelajaran ataupun metode pembelajaran, atau bisa juga memadukan keduanya. Contohnya seperti memadukan antara e-learning dengan face to face dalam mengajarkan suatu materi.
Akan tetapi pada contoh diatas dengan diterapkannya Blended Learning membutuhkan beberapa hal diantaranya LMS (Learning Management System) contohnya lintang.unesa.ac.id/moodle, discussion forum atau bulletin boards via website seperti wikipages, googlepages, blogspot, wordpress. Kemudian setiap mahasiwa maupun dosen wajib memiliki email. Membutuhkan synchronous forum (yahoo messengers, facebook chat, googlepages chat) dan juga asynchronous forum seperti mailing list, social/community network seperti facebook, friendster, twitter, plurk maupun hi5.
Beberapa keuntungan dari Blended Learning yaitu dapat meningkatkan akses pembelajaran, meningkatkan akses mahasiswa terhadap pembelajaran, meningkatkan interaksi baik antara dosen dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan mahasiswa serta meningkatkan cost-effectiveness, lebih menjangkau berbagai tipe belajar mahasiswa. Adapun hidden curriculum dari Blended Learning ini, salah satunya adalah meningkatkan ketertarikan dosen dan mahasiswa terhadap kemajuan teknologi sehingga dapat pula meningkatkan daya kemandirian belajar mahasiswa.
Oleh-oleh lainnya berupa Evaluation yang didalamnya berisi Assessment, Portofolio, Learning Journal. Dalam hal ini Assesment digunakan untuk menentukkan sejauh mana pengetahuan atau kemampuan dari siswa, sedangkan evaluasi digunakan untuk menentukan keberhasilan atau manfaat dari suatu program. Dilanjutkan dengan portofolio yang kegunaannya dapat meningkatkan self assessment dan reflection, empowering dan juga dapat menciptakan hubungan baru (kolaborasi). Berbicara mengenai evaluasi tidak lengkap tanpa learning journal.
Learning Journal adalah suatu cara mendokumentasikan belajar dan mengumpulkan informasi secara sistematis untuk self analysis dan refleksi. Learning Journal ini, berisi tentang hasil berpikir (yang bersifat eksternal, karena ditulis) sehingga memudahkan untuk menghubungkan antara satu ide dengan ide yang lain. Penilai tidak hanya dari dosen tapi peran mahasiswa sangatlah besar dalam menilai bagaimana materi yang telah disampaikan dosen. “Selama ini untuk menilai bagaimana hasil mengajar yang telah saya lakukan selama seminggu, mahasiswa saya dapat mengcomment saya melalui facebook, email maupun blog saya.” Begitu penuturan Damajanti.
Hasil dari Learning Journal tersebut mampu mengembangkan action plan sebagai hasil belajar. Sehingga dapat digunakan untuk menerapkan review dari refleksi hasil belajar pada lingkungan, seperti apa yang yang seharusnya dilakukan, siapa melakukannya, hambatan apa saja yang mungkin dialami. Selain itu learning journal juga mampu mereview hasil belajar artinya mampu mengidentifikasi masalah utama dalam situasi belajar mengajar.
Putri Diyanti