Ujian Terbuka Program Doktor Ilmu Keolahragaan digelar Pascasarjana Unesa (2/2) meluluskan dua promovendus yaitu Oce Wiriawan, S.Pd., M.Kes. dan Drs. Suharjana, M.Kes., dua promovendus ini dikukuhkan dan disematkan gelar doktor pendidikan olahraga secara bersamaan.
Dr. Oce Wiriawan, S. Pd., M. Kes. yang mengusung disertasi bertajuk “Evaluasi Kinerja pelatih dan pelatihan Atlet di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bulutangkis di Jawa Timur”. Ide ini berangkat dari keprihatinan terhadap para pelatih yang belum memiliki sertifikasi secara jelas dan utuh. “Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pengalaman atlet dan hanya memeroleh sertifikat secara instan,” tambahnya menegaskan.
Sisi menarik dari disertasi Dr. Oce Wiriawan, S.Pd., M.Kes. terletak pada riset yang berorientasi pada upaya untuk meningkatkan kinerja para pelatih dengan menerapkan rancangan penelitian evaluasi (evaluation research). Model yang dipilih yaitu CIPP yang terdiri atas context, input, process, dan product. Penelitian dilakukan di pusat pendidikan dan latihan bulu tangks di Jawa Timur yang terdiri atas lima tempat yaitu Pusdiklat Suryanaga Gudang Garam (Surya), Pusdiklat Nusantara (Wima), Pusdiklat Semen Gresik, Pusdiklat Citra Raya Unesa dan Pusdiklat Suryabaja yang keseluruhan berada di bawah naungan Pengurus Daerah Persatuan Bulu Tangkis Jawa Timur.
Hasil penelitian disertasi berorientasi pada tiga permasalahan yang mencakup kinerja pelatih, program kepelatihan atlet, dan sistem kepelatihan. Kinerja pelatih Pusdiklat di Jawa Timur termasuk dalam kategori rendah dengan indikator rendahnya meliputi penguasaan teknik permainan dasar dan tingkat lanjut, wawasan profesional sebagai pelatih yang juga rendah antara lain pengetahuan psikologi, pemeriksaan kondisi fisik atlet, penyusunan program atlet, manajemen kehidupan atlet, mengevaluasi prestasi atlet, dan rendahnya kinerja pelatih berkorelasi dengan latar belakang pendidikan pelatih yang rendah karena hanya ada 12% yang memiliki latar belakang pendidikan formal kepelatihan.
Program kurikulum kepelatihan pelatih di Pusdiklat bulutangkis Jawa Timur belum komprehensif yang lebih banyak menekankan pada pemberian materi wawasan kepelatihan atlet dan praktik teknik permainan dasar. Sedangkan sistem dan proses kepelatihan pelatih dilihat dari kondisi konteks, input, proses, dan produk di Pusdiklat Jawa Timur termasuk kategori belum baik untuk semua komponen karena hampir seluruhnya masih jauh dari yang diharapkan. “Oleh karena itu perlu diadakan perombakan dan resolusi sistem dan teknis berdasarkan Undang-undang No.3 tahun 2005 mengenai Sistem Olahraga Nasional yang telah digulirkan,” tambah pengurus ISORI Jawa Timur ini.
Sementara itu, ditemui di tempat terpisah Dr. Drs. Suharjana, M. Kes. mengusung disertasi yang berjudul “Pengaruh Latihan Beban terhadap Kondisi Fisik Khusus serta Hubungannya dengan Teknik Sepak Bola” yang telah diuji pada ujian tertutup (19/1) berhasil mendapatkan predikat “sangat memuaskan”. Berbeda dengan Oce, Suharjana lebih mengarah bidang sepak bola dengan fokus untuk memperbaiki kondisi fisik yang meliputi kekuatan (strength), daya tahan otot (muscle endurance), daya ledak (power), kecepatan (speed), kelincahan (agility), kelenturan (flexibility), koordinasi (coordination), dan daya tahan (endurance).
Pengambilan populasi dan sampel dilakukan terhadap pemain sepak bola di Perguruan Tinggi se-Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel 51 orang pemain sepak bola berusia 18-24 tahun. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen sungguhan (true experiment) dengan model penelitian menggunakan “the randomized pretest-posttest control group design”. Kelompok penelitian dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok latihan kelompok latihan beban sisitem piramida, sistem beban konstan, dan kelompok kontrol (tidak latihan beban). Pelatihan berlangsung selama 24 pertemuan dengan peningkatan beban latihan yang diberikan setelah perlakuan berlangsung selama 12 kali.
Dari ketiga model penelitian yang dieksperimenkan dapat disimpulkan bahwa sistem latihan beban konstan lebih efektif diaplikasikan karena terbukti dapat meningkatkan kondisi fisik dan mempunyai pengaruh yang lebih bermakna. “Segi keuntungan lainnya dengan menggunakan sistem latihan beban konstan yaitu kondisi fisik tetap meningkat tanpa merubah teknik yang ada,” ungkap pengurus provinsi PBVSI Yogyakarta menjelaskan.
Wahyu Nurul Hidayati
Dr. Oce Wiriawan, S. Pd., M. Kes. yang mengusung disertasi bertajuk “Evaluasi Kinerja pelatih dan pelatihan Atlet di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bulutangkis di Jawa Timur”. Ide ini berangkat dari keprihatinan terhadap para pelatih yang belum memiliki sertifikasi secara jelas dan utuh. “Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pengalaman atlet dan hanya memeroleh sertifikat secara instan,” tambahnya menegaskan.
Sisi menarik dari disertasi Dr. Oce Wiriawan, S.Pd., M.Kes. terletak pada riset yang berorientasi pada upaya untuk meningkatkan kinerja para pelatih dengan menerapkan rancangan penelitian evaluasi (evaluation research). Model yang dipilih yaitu CIPP yang terdiri atas context, input, process, dan product. Penelitian dilakukan di pusat pendidikan dan latihan bulu tangks di Jawa Timur yang terdiri atas lima tempat yaitu Pusdiklat Suryanaga Gudang Garam (Surya), Pusdiklat Nusantara (Wima), Pusdiklat Semen Gresik, Pusdiklat Citra Raya Unesa dan Pusdiklat Suryabaja yang keseluruhan berada di bawah naungan Pengurus Daerah Persatuan Bulu Tangkis Jawa Timur.
Hasil penelitian disertasi berorientasi pada tiga permasalahan yang mencakup kinerja pelatih, program kepelatihan atlet, dan sistem kepelatihan. Kinerja pelatih Pusdiklat di Jawa Timur termasuk dalam kategori rendah dengan indikator rendahnya meliputi penguasaan teknik permainan dasar dan tingkat lanjut, wawasan profesional sebagai pelatih yang juga rendah antara lain pengetahuan psikologi, pemeriksaan kondisi fisik atlet, penyusunan program atlet, manajemen kehidupan atlet, mengevaluasi prestasi atlet, dan rendahnya kinerja pelatih berkorelasi dengan latar belakang pendidikan pelatih yang rendah karena hanya ada 12% yang memiliki latar belakang pendidikan formal kepelatihan.
Program kurikulum kepelatihan pelatih di Pusdiklat bulutangkis Jawa Timur belum komprehensif yang lebih banyak menekankan pada pemberian materi wawasan kepelatihan atlet dan praktik teknik permainan dasar. Sedangkan sistem dan proses kepelatihan pelatih dilihat dari kondisi konteks, input, proses, dan produk di Pusdiklat Jawa Timur termasuk kategori belum baik untuk semua komponen karena hampir seluruhnya masih jauh dari yang diharapkan. “Oleh karena itu perlu diadakan perombakan dan resolusi sistem dan teknis berdasarkan Undang-undang No.3 tahun 2005 mengenai Sistem Olahraga Nasional yang telah digulirkan,” tambah pengurus ISORI Jawa Timur ini.
Sementara itu, ditemui di tempat terpisah Dr. Drs. Suharjana, M. Kes. mengusung disertasi yang berjudul “Pengaruh Latihan Beban terhadap Kondisi Fisik Khusus serta Hubungannya dengan Teknik Sepak Bola” yang telah diuji pada ujian tertutup (19/1) berhasil mendapatkan predikat “sangat memuaskan”. Berbeda dengan Oce, Suharjana lebih mengarah bidang sepak bola dengan fokus untuk memperbaiki kondisi fisik yang meliputi kekuatan (strength), daya tahan otot (muscle endurance), daya ledak (power), kecepatan (speed), kelincahan (agility), kelenturan (flexibility), koordinasi (coordination), dan daya tahan (endurance).
Pengambilan populasi dan sampel dilakukan terhadap pemain sepak bola di Perguruan Tinggi se-Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel 51 orang pemain sepak bola berusia 18-24 tahun. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen sungguhan (true experiment) dengan model penelitian menggunakan “the randomized pretest-posttest control group design”. Kelompok penelitian dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok latihan kelompok latihan beban sisitem piramida, sistem beban konstan, dan kelompok kontrol (tidak latihan beban). Pelatihan berlangsung selama 24 pertemuan dengan peningkatan beban latihan yang diberikan setelah perlakuan berlangsung selama 12 kali.
Dari ketiga model penelitian yang dieksperimenkan dapat disimpulkan bahwa sistem latihan beban konstan lebih efektif diaplikasikan karena terbukti dapat meningkatkan kondisi fisik dan mempunyai pengaruh yang lebih bermakna. “Segi keuntungan lainnya dengan menggunakan sistem latihan beban konstan yaitu kondisi fisik tetap meningkat tanpa merubah teknik yang ada,” ungkap pengurus provinsi PBVSI Yogyakarta menjelaskan.
Wahyu Nurul Hidayati