Powered By Blogger

Rabu, 11 Maret 2009

e-Cell Tumbuhkan Kecintaan Siswa Berkoperasi


Berkoperasi, mengapa harus gengsi? Kini saatnya koperasi tampil bersama pemuda. Sudah saatnya yang tua mundur dan yang muda tampil memajukan negara dengan sokoguru perekonomian Indonesia, yakni koperasi. Begitulah Cak Priyo memotivasi sekaligus memandu Cooperative Edu Chalengge (Cell) yang diadakan oleh lintas perguruan tinggi di Surabaya (Unesa, Unitomo, UWKS, UWP, dan UWM). Berlangsung di gedung I-6 Fakultas Ilmu Sosial Unesa (27/1), acara yang berkonsep fun game ini dimenangkan oleh SMA Negeri 1 Gresik sebagai juara I, SMA Negeri 1 Singgahan, Tuban sebagai juara II, SMA Negeri 3 Magetan sebagai juara III, dan SMK Negeri 3 Pamekasan sebagai juara harapan.

Dra. Oksiana Jatiningsih, M.Si., dosen Unesa sekaligus dewan juri perlombaan ini mengatakan, “Konsep acara ini bagus sekali, selain mengadu kecermatan, kepandaian, dan ketepatan dalam menjawab yang terdapat pada sesi eduquiz, para peserta juga beradu kreativitas dan kerjasama dalam satu tim dalam sesi edugame. Selain itu, siswa beradu keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan audience dalam sesi educampaign.

Pada forum yang sama, Dr. Eny Hariyati dan Dr. Hendro Wardhono, anggota tim tujuh (penggagas Cell) ini mengemukakan awal mula munculnya ide penyelenggaraan lomba ini. “Kami tim tujuh awalnya merasa prihatin terhadap kondisi koperasi di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitian di 12 Koperasi Unit Desa (KUD) yang ada di 12 kabupaten dijumpai bahwa pengurus dan anggota koperasi didominasi kaum tua yang kebanyakan berusia 48 tahun ke atas. Sementara itu, para pemuda kini semakin tidak mengenal koperasi yang notabene merupakan sokoguru perekonomian Indonesia ini. Dari situ kami berinisiatif menggelar kegiatan yang mampu menarik perhatian siswa tanpa menghilangkan nilai edukasi dan promosi tentang koperasi itu sendiri. Selama ini kegiatan promosi itu dilakukan melalui seminar dan penyuluhan. Kami rasa cara itu kurang efektif karena membosankan dan memosisikan siswa sebagai objek yang pasif. Oleh karena itu, akhirnya kami mengonsep acara ini dengan memadukan belajar, kuis, dan permainan,” ungkapnya.

Bayu Dwi Nurwicaksono