Lulusan sarjana saat ini cukup banyak menciptakan pengangguran dari pada menciptakan lapangan pekerjaan. Padahal selama ini oleh masyarakat, sarjana diyakini sebagai orang yang mampu berpikir analitis dan mampu menciptakan perubahan di masyarakat, akan tetapi ternyata mereka belum mampu membantu dirinya sendiri. Seharusnya sarjana yang dikenal sebagai problem solving mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, bukan malah menambah angka pengangguran. Fenomena pengangguran sarjana terjadi karena tidak terlepas dari seberapa besar konstribusi perguruan tinggi pencetak lulusan sarjana yang umumnya lebih mempersiapkan lulusan perguruan tinggi menjadi pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan kerja (job creator). Melihat hal tersebut, Dr. Purwohandoko, M.M. Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi (FE) mengajukan proposal Progam Pengembangan Soft Skill Mahasiswa melalui Pembelajaran Kewirausahaan ke Ditjen Dikti. Tujuannya adalah untuk mengembangkan soft skill mahasiswa Unesa melalui pembelajaran kewirausahaan. Proposal tersebut disambut baik oleh Dikti dan di beri dana sebesar satu (1) Milyar. Kemudian dana tersebut akan dibagi pada masing-masing fakultas secara proporsional melalui pelaksanaan progam tersebut. Unesa adalah Universitas di Indonesia yang pertama kali mengadakan progam tersebut.
Menindaklanjuti progam tersebut, Sabtu (18/4) di ruang auditorium rektorat lantai III Unesa, rektorat mengundang 210 mahasiswa pada acara “Model Pengembangan Soft Skill melalui Pembelajaran Kewirausahaan dan Rintisan Pusat Pengembangan Kewirausahaan (Centre of Entrepreneurship) Dalam Rangka Meningkatkan Income Generating di Unesa” untuk pengarahan dan seleksi awal. Ke-210 mahasiswa Unesa tersebut adalah mahsiswa yang diajukan oleh Fakultas untuk mendapatkan modal dana untuk berwirausaha. Seleksi awal ini bertujuan untuk menggali sebrerapa jauh ke 210 mahasiswa tersebut memiliki jiwa entrepreneur. Seleksi kali ini dilakukan melalui 2 test yakni test pengukuran potensi kewirausahaan dan test kecenderungan cara berfikir, berjiwa entrepreneurkah atau tidak yang dilakukan dengan pengisian angket. ”Dari test ini dapat diketahui mahasiswa manakah yang proaktif dalam artian mahasiswa yang mempunyai jiwa entrepreneur”, jelas Dr. Purwohandoko, M.M selaku ketua pelaksana di akhir acara.
Setelah itu, pada tanggal 25 April di ruang auditorium rektorat lantai III Unesa dan 26 April di ruang kelas FE acara ini ditindak lanjuti dengan pelatihan kewirausahaan. Pelatihan kewirausahaan ini berisi 5 materi, antara lain : Emosional Intelegensi, potensi diri, kewirausahaan, pengelolahan usaha dan bisniss plan. Dari pelatihan ini, ke 210 mahasiswa tersebut akan ditugasi membuat Bisniss Plan yang diberi waktu selama seminggu,untuk kemudian dilakukan proses seleksi lanjutan oleh panitia, PD III dan dosen pendamping. ”Namun setelah mendapat pelatihan tersebut, mahasiswa dapat mengganti judul usaha yang akan dibuatnya dari usulan awal, atau membuat kelompok usaha baru, bahkan dapat mengajukan bisniss plan lebih dari satu” tambah dosen FE tersebut. Selanjutnya berdasarkan hasil seleksi awal dan seleksi akhir akan diambil mahasiswa sebanyak 14 dari FIP, 15 dari FBS, 11 dari FMIPA, 14 dari FT, 8 dari FIS dan 15 dari FE, total ada 88 mahasiswa. Mahasiswa yang lolos seleksi, masing-masing akan diberi modal usaha sebesar 8 juta, 60% untuk dana operasional dan 40% untuk dana pendampingan, monitoring dan diskusi. Modal tersebut harus dikembalikan untuk keberlanjutan usaha mahasiswa Unesa selanjutnya. Aplikasi dari progam tersebut mahasiswa-mahasiswa tersebut mengerjakan usahanya selama tiga (3) bulan dengan monitoring dan evaluasi selam 3 minggu sekali oleh fakultas. ”Jadi kelanjutan progam ini benar-benar dipantau”jelas dosen yang akrab dipanggil pak Pur iti dengan serius. Output yang diharapkan dari progam ini adalah Unesa sebagai rintisan pusat pengembangan kewirausahaan di fakultas masing-masing dan terjadi kesepakatan model pengembangan kewirausahaan di Unesa.
Fithri Amaliyah
Menindaklanjuti progam tersebut, Sabtu (18/4) di ruang auditorium rektorat lantai III Unesa, rektorat mengundang 210 mahasiswa pada acara “Model Pengembangan Soft Skill melalui Pembelajaran Kewirausahaan dan Rintisan Pusat Pengembangan Kewirausahaan (Centre of Entrepreneurship) Dalam Rangka Meningkatkan Income Generating di Unesa” untuk pengarahan dan seleksi awal. Ke-210 mahasiswa Unesa tersebut adalah mahsiswa yang diajukan oleh Fakultas untuk mendapatkan modal dana untuk berwirausaha. Seleksi awal ini bertujuan untuk menggali sebrerapa jauh ke 210 mahasiswa tersebut memiliki jiwa entrepreneur. Seleksi kali ini dilakukan melalui 2 test yakni test pengukuran potensi kewirausahaan dan test kecenderungan cara berfikir, berjiwa entrepreneurkah atau tidak yang dilakukan dengan pengisian angket. ”Dari test ini dapat diketahui mahasiswa manakah yang proaktif dalam artian mahasiswa yang mempunyai jiwa entrepreneur”, jelas Dr. Purwohandoko, M.M selaku ketua pelaksana di akhir acara.
Setelah itu, pada tanggal 25 April di ruang auditorium rektorat lantai III Unesa dan 26 April di ruang kelas FE acara ini ditindak lanjuti dengan pelatihan kewirausahaan. Pelatihan kewirausahaan ini berisi 5 materi, antara lain : Emosional Intelegensi, potensi diri, kewirausahaan, pengelolahan usaha dan bisniss plan. Dari pelatihan ini, ke 210 mahasiswa tersebut akan ditugasi membuat Bisniss Plan yang diberi waktu selama seminggu,untuk kemudian dilakukan proses seleksi lanjutan oleh panitia, PD III dan dosen pendamping. ”Namun setelah mendapat pelatihan tersebut, mahasiswa dapat mengganti judul usaha yang akan dibuatnya dari usulan awal, atau membuat kelompok usaha baru, bahkan dapat mengajukan bisniss plan lebih dari satu” tambah dosen FE tersebut. Selanjutnya berdasarkan hasil seleksi awal dan seleksi akhir akan diambil mahasiswa sebanyak 14 dari FIP, 15 dari FBS, 11 dari FMIPA, 14 dari FT, 8 dari FIS dan 15 dari FE, total ada 88 mahasiswa. Mahasiswa yang lolos seleksi, masing-masing akan diberi modal usaha sebesar 8 juta, 60% untuk dana operasional dan 40% untuk dana pendampingan, monitoring dan diskusi. Modal tersebut harus dikembalikan untuk keberlanjutan usaha mahasiswa Unesa selanjutnya. Aplikasi dari progam tersebut mahasiswa-mahasiswa tersebut mengerjakan usahanya selama tiga (3) bulan dengan monitoring dan evaluasi selam 3 minggu sekali oleh fakultas. ”Jadi kelanjutan progam ini benar-benar dipantau”jelas dosen yang akrab dipanggil pak Pur iti dengan serius. Output yang diharapkan dari progam ini adalah Unesa sebagai rintisan pusat pengembangan kewirausahaan di fakultas masing-masing dan terjadi kesepakatan model pengembangan kewirausahaan di Unesa.
Fithri Amaliyah