Powered By Blogger

Jumat, 16 Oktober 2009

CAI, ASISTEN GURU DI RUMAH SISWA


Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang digunakan adalah alat bantu visual. Lalu dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kemudian dikenal adanya alat audio visual.


Saat ini media tidak hanya dipandang sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar, tetapi juga sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan. Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi yang lebih penting dapat digunakan oleh siswa. Karena itu sebagai penyaji dan penyalur pesan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti, detail, dan menarik.


Kata instruction memunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru—murid di kelas secara formal, pembelajaran atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Karena itu, usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa harus diperjuangkan.


Menyadari dan menangkap peluang itu, Program Studi (Prodi) S1 Teknologi Pendidikan (TP) mengembangkan media pembelajaran “Computer Assistance Instruction” (CAI). “Selama ini CAI diproduksi mahasiswa sebagai produk perkuliahan. Untuk menyalurkan produk ciptaan mahasiswa itu, kami telah lama bekerjasama dengan BPMTV dan Diklat Merpati,” jelas Dr. Mustadji, M.Pd.


CAI atau pembelajaran berbantuan komputer ini dapat dijadikan andalan bagi guru sebagai asisten pembelajaran yang disetting dengan konten ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik berkelanjutan karena materi-materi pengayaan dapat dimasukkan pada media pembelajaran ini. Yang lebih penting media pembelajaran ini dapat digunakan secara mandiri oleh siswa di rumah tanpa kehadiran guru.



Putri Diyanti

MENUJU KEBERSAMAAN HIDUP SEBAGAI UMAT BERAGAMA


Manusia seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Begitulah ungkapan yang sering kita dengar ketika Hari Raya Idul Fitri tiba. Setelah menjalankan puasa sebulan penuh dengan keimanan dan keikhlasan sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan, 1 Syawal adalah momentum baik dalam melebur dosa antarsesama manusia. Idul fitri bermakna kelahiran kembali seorang manusia pada fitrahnya. Fitrah di sini adalah kesucian, yaitu kesucian lahir batin. Menurut Dr. Quraish Shihab, halal bi halal merupakan tradisi khas dan unik bangsa Melayu sebagai hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara.

Hari itu waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB, tak seperti biasa, gedung serba guna yang biasanya terlihat sepi, tampak berbeda. Beberapa orang berpakaian seragam putih dengan rompi coklat tampak sibuk mempersiapkan hidangan, beberapa orang yang berpakaian jas hitam juga terlihat memeriksa makanan yang sedang disiapkan. Beberapa orang mondar-mandir mengambil ini dan itu. Semua orang terlihat sibuk mempersiapkan acara tahunan ini. Ternyata, hari itu (30/9) Unesa tak mau ketinggalan menggelar halal bi halal bagi seluruh keluarga besar Unesa.


Tak Ada Batasan












Panitia
merancang halal bi halal ini sedemikian rupa, hingga membuat nyaman para undangan. Setelah memarkirkan kendaraan, pimpinan Unesa dan undangan masuk melalui pintu utama. Dari tempat parkir menuju pintu masuk gedung Serba Guna, terlihat panggung peralatan life music. Sebelum undangan datang, beberapa panitia mencoba Sound System.

Tepat pukul 10.00 WIB para undangan mulai ramai berdatangan, baik pimpinan universitas, senat, dan fakultas. Tak lama kemudian Rektor Unesa Prof. Dr. H. Haris Supratno beserta istri tiba di gedung yang baru direnovasi. Rektor yang juga mantan Ketua SNMPTN 2009 ini langsung menyalami penerima tamu. Setelah itu, Pak Haris (panggilan akrab Rektor Unesa, red.) langsung berjajar diikuti para pimpinan universitas, senat, dan fakultas. Mereka saling bersalaman sebagai tanda permintaan maaf. Jabat tangan pun akhirnya mengular panjang seiring dengan terus datangnya para undangan. Tak ada atasan dan bawahan, semuanya membaur menjadi satu.

Halal bi halal ini merupakan ajang berkumpulnya dosen dan karyawan Unesa, baik yang ada di kampus Ketintang, Lidah Wetan, maupun Gedangan. Dr. Hj. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd, berkata, Acara ini merupakan satu-satunya acara yang dapat mengumpulkan dosen dan karyawan se-Unesa untuk bersilaturahmi, karena itu saya selalu menyempatkan hadir.

Sebanyak 1800 undangan telah disebar. Uniknya tak hanya muslim yang hadir, dosen dan karyawan non-muslimpun banyak yang ikut dalam acara ini. Ketua Halal Bi Halal Unesa 2009, Budi Harso berkata, ”Acara Halal Bi Halal merupakan bentuk kebersamaan hidup antarumat beragama untuk saling menghormati. Karena itu kami mengundang seluruh dosen dan karyawan di Unesa tidak memandang jenis agama”.

Sebuah euforia yang indah ketika perbedaan bukanlah sebuah alasan untuk saling bermusuhan. Justru itu, perbedaan adalah alat untuk saling mengenal. Bukankah dalam surat Ar-rum Allah juga berfirman bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Begitu pula keberagaman dalam Unesa yang menimbulkan semangat untuk bekerja sama dalam menuju sebuah puncak kualitas yang tinggi.

Hidangan Penggugah Selera












Setelah melebur dosa, tak lengkap rasanya bila tidak menikmati hidangan yang telah disediakan panitia.
Setelah bersalaman, para undangan mulai menyerbu joglo-joglo makanan yang menggugah selera. Menu-menu makanan itu adalah soto daging, bakso campur, sate ayam ponorogo, salad buah cocktail, tak ketinggalan rujak cingur. Karmi, salah satu chef catering berkata, Kami memasak makanan itu semua pukul 04.00 WIB, sekitar pukul delapan kami mulai membawanya ke sini. Tujuh puluh koki dan pegawai kami libatkan dalam acara ini yang terbagi dalam tiga tugas, yaitu racik, service, dan produksi. Pegawai racik menyiapkan semua hal terkait masakan di dapur, pegawai service bertugas mengambilkan makanan untuk undangan di beberapa menu seperti bakso campur, lontong kikil, dan soto ayam, sedangkan pegawai produksi bertugas sebagai pengontrol dan penata makanan”.

Hidangan yang disediakan membuat undangan tetap bertahan di gedung Serba Guna. Sri Utami, sekuriti FBS berkata, ”Cobain semua ja, enak-enak” ucapnya. Nikmatnya hidangan juga membuat banyak orang ingin mencoba lebih dari satu menu, bahkan salah satu undangan mencoba 4 menu sekaligus.” saya sudah menghabiskan empat menu sekaligus yaitu bakso, sate, lontong kikil, juga es buah. Sekarang saya kekenyangan dan malas untuk beraktivitas”, kata salah satu undangan yang tidak mau disebutkan namanya.


Doorprize Berhadiah












Selain hidangan penggugah selera, ada lagi satu cara yang dilakukan panitia untuk membuat undangan betah berlama-lama di gedung Serba Guna yaitu pembagian doorprize. Sebelum masuk ke gedung Gema, undangan
harus mengisi daftar hadir terlebih dahulu. Setelah itu undangan akan diberi satu kupon yang berisi nama dan nama instansi. Setelah mengisinya, undangan memasukkan kupon kedalam kardus yang nantinya akan diundi. Peserta yang keluar namanya akan dipanggil maju ke atas panggung untuk menerima hadiah.

Ada beberapa hadiah utama yang disediakan panitia yaitu satu lemari es, dua unit TV 21 in, lima unit sepeda mini, tiga unit kipas angin standing, lima unit magic com, 5lima unit handphone Esia, tiga unit kipas angin duduk, 25 mukena dan 25 sarung juga disediakan panitia sebagai hadiah hiburan. Berbagai hadiah itu mampu membuat undangan tak lekas pulang.

Penantian mereka pun berbuah manis, banyak di antara mereka mendapatkan hadiah utama dan hadiah hiburan. Salah satu undangan yang beruntung adalah Supiah, S.E., staf administrasi Humas mendapatkan handphone Esia. Ibu muda ini tidak menyangka kalau ia akan mendapatkan doorprize untuk ketiga kalinya dalam tiga tahun terakhir. ”Saya selalu beruntung dalam pengundian doorprize seperti ini. Tahun lalu saya dapat mukena, tahun sebelumnya saya dapat payung, dan tahun ini saya dapat handphone Esia,” katanya.

Namun nasib baik tak berpihak pada Nanda. Reporter magang Humas ini harus gigit jari karena ketika panitia memanggil namanya berkali-kali ia tidak ada di tempat sehingga ia pun harus merelakan magic comnya lepas dari tangannya. “Setelah bersalaman dengan rektor beserta jajarannya, ada tugas wawancara, karena itu aku meninggalkan gedung. Setelah kembali aku baru tahu kalau namaku dipanggil panitia berkali-kali untuk mendapatkan hadiah. Ya, mungkin kali ini bukan rejekiku,” kata mahasiswa sosiologi ini. Sementara itu, hadiah utama pertama diperoleh Wiranto Arya Wijayadi, SE., M. Si. dosen FIK.

Seusai pengundian hadiah utama berakhir, euforia halal bi halal warga Unesa terlihat nyata. Ini membuktikan bahwa keberagaman pun tak membuat kita saling bersitegang. Justru itu, keberagaman dan perbedaan membuat kita saling bekerja sama untuk mewujudkan visi dan misi Unesa.


Alfanita Zuraida

UNESA KEKURANGAN DOSEN ICT


Dunia pendidikan terus berupaya mengikuti perkembangan dan tuntutan global. Tak terkecuali praktik pembelajaran di perguruan tinggi. Penggunaan Information Comunication Technology (ICT) dalam pendidikan tinggi dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penyelenggaraan pendidikan yang lebih efektif dan efisien. Karena itu tenaga edukasi yang membidangi ICT kini dibutuhkan banyak perguruan tinggi. Unesa sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan pun membutuhkan banyak tenaga di bidang ini. Kamis (15/10) ujian tulis CPNS diadakan di auditorium rektorat dalam rangka memenuhi kekurangan tenaga dosen dan teknisi.

Tahun ini Unesa menerima 27 CPNS baru dengan berbagai formasi. Mulai dosen FIP, FBS, FMIPA, FIS, FT, FIK, FE, hingga tenaga akuntansi dan ICT. ”Tingkat kompetisi CPNS di Unesa tahun ini lebih ketat daripada tahun lalu. Tahun ini terdapat 134 peserta ujian namun hanya 27 yang akan diambil sebagai PNS. Berbeda dengan tahun lalu, jumlah peserta ujian CPNS sebanyak 127 dan yang diambil sebanyak 51 orang. Yang sangat memprihatinkan dalam proses seleksi CPNS dari tahun ke tahun ialah lowongan PNS dosen bidang ICT yang selalu tak dapat memenuhi kuota. Tahun ini formasi dosen ICT di Unesa ada tiga, namun hanya ada satu dosen yang mendaftar. Hal ini membuat kami tak ada pilihan dalam proses seleksi,” tutur Yakup, S.Sos., M.M. Kepala Kepegawaian saat mengawasi ujian tulis CPNS 2009 Unesa.

Ketika dikonfirmasi lebih lanjut mengenai solusi kekurangan tenaga dosen itu, bapak yang berkantor di kantor pusat Unesa kampus Ketintang ini mengatakan bahwa dengan terpaksa dosen yang telah ada saat ini terus mendapatkan beban tugas mengajar lebih banyak. ”Sedikitnya pendaftar CPNS dosen bidang ICT ini tidak hanya terjadi di Unesa. Di berbagai perguruan tinggi lain pun keadaannya relatif sama. Yang membuat sedikit pendaftar CPNS bidang ICT itu disebabkan tidak banyak orang yang memiliki riwayat pendidikan S1 dan S2 secara linier. Kalaupun ada ia telah bekerja sebagai tenaga ICT di perusahaan swasta,” ujar Kepala Bagian Kepegawaian.

Setelah ujian tulis yang terdiri atas tes pengetahuan umum dan bakat skolastik hari ini, hasil ujian tahap pertama ini akan diumumkan pada 30 Oktober 2009. Kemudian pada 2 Oktober 2009 ujian tahap kedua yakni tes substansi konsentrasi bidang studi, lalu pada 3 Oktober 2009 ujian tahap ketiga, yakni tes praktik mengajar, wawancara, dan kemampuan berbahasa Inggris.


Bayu Dwi Nurwicaksono

Rabu, 14 Oktober 2009

SHARE WALIKOTA PADA ADIK-ADIK KELASNYA

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa boleh berbangga. Bagaimana tidak, kota tempat berdirinya kampus eks-LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) ini dipimpin alumnus terbaiknya. Ya, Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd., alumnus S1 Pendidikan Matematika IKIP Negeri Surabaya dan S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Unesa merupakan Walikota Surabaya dua periode berturut-turut. Pagi itu, Rabu (14/10) auditorium FMIPA tampak ramai didatangi mahasiswa. Tak lama setelah itu sang kakak kelas masuk ruang dominan warna biru itu didampingi teman sepermainannya, Prof. Dr. Megah Teguh Budiarto, M.Pd., yang kini jadi Pembantu Dekan I FMIPA Unesa.

“Dulu saat di kampung, saya jadi ketua karang taruna di Trenggalek dan Pak Bambang D.H. ini menjadi sekretaris saya. Dulu saat kuliah di kampus ini pun, kami pernah punya kebiasaan ngangsu bersama. Dulu susah payah mengawali hidup di kota. Kini beliau malah jadi walikota. Ini membuktikan bahwa alumnus kita pun bisa bersaing di era global. Karena itu, pada pagi hari ini, kami mendatangkan alumnus guna sharing tentang karir dan peluang kerja untuk adik-adik mahasiswa,” tutur Guru Besar FMIPA bidang geometri ini saat mewakili Dekan FMIPA dalam memberikan sambutan.

Setelah itu, curhat walikota kepada adik-adik kelasnya pun dimulai. Bambang menekankan bahwa yang membuat seseorang sukses itu tidak hanya kemampuan secara intelektual. Namun lebih dari itu, yang membuatnya kini dapat memimpin Kota Surabaya ialah kemampuan manajerial dan keberanian berinisiatif serta mengambil resiko. “Kita tidak kalah kok dengan lulusan perguruan tinggi lain. Yang penting kita harus selalu menyiapkan diri dan percaya diri terhadap kemampuan kita,” ujarnya bersemangat.

Tak hanya memotivasi adik-adik kelasnya, Bambang pun mensharingkan suka dukanya menjadi walikota kota terbesar kedua di Indonesia ini. Mulai suka citanya berhasil mengantarkan kembali Surabaya sebagai kota Adipura Kencana, suka citanya dapat belajar dari negeri seberang tentang pengelolaan kota-kota besar di dunia, hingga duka nestapanya dicaci maki warga karena kebijakannya yang kurang populer bagi sebagian orang tentang penataan stan PKL, rumah kumuh di sepanjang setren Kali Surabaya, dan lain-lain.

Pada akhir waktu sharingnya, Bambang memohon maaf jika hal-hal yang disampaikan kurang memberikan informasi tentang peluang kerja. Ia berjanji akan menugaskan Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Surabaya untuk memberikan informasi dan peluang kerja baru pada mahasiswa Unesa. Seusai share bersama adik-adik kelasnya, Bambang langsung diburu wartawan media massa se-Surabaya terkait dengan kebijakan walikota tentang upah minimum untuk kebutuhan hidup layak (KHL) pekerja di Surabaya.

Bayu Dwi Nurwicaksono